BLORA- Ratusan warga Blora terlibat bentrok dengan jamaah Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) di Desa Kamolan, Blora, Jawa Tengah.
Belum diketahui jumlah korban secara pasti, namun dipastikan, puluhan korban mengalami luka-luka akibat baku hantam dan terkena lemparan batu dalam insiden tersebut.
Bahkan hingga berita ini dilansir, suasana mencekam masih menyelimuti Kota Blora, khususnya Desa Kamolan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun LawangSewu Post, insiden menggemparkan tersebut berlangsung sejak Jum'at (13/7) petang. Bahkan hingga tengah malam, ratusan polisi masih berjaga ketat di lokasi konflik.
Pemicu konflik tersebut ditengarai atas penolakan warga terhadap pengajian akbar yang akan diselenggarakan oleh jamaah MTA, pada Sabtu (14/7) besok. Hal tersebut telah berlangsung lama, namun puncaknya kali ini, bertepatan dengan acara pengajian akbar yang sedianya akan dihadiri ribuan jama'ah MTA dari sejumlah daerah.
Sementara mayoritas warga Desa Kamolan menilai bahwa ajaran MTA tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, sebagaimana yang diyakini warga.
Menurut salah seorang warga Blora, Edi Witoyo. Sebenarnya jama'ah MTA telah diperingatkan oleh sejumlah warga agar tidak melaksanakan pengajian tersebut. Namun mereka tetap ngotot menyelenggarakan pengajian tersebut. Tepatnya di kawasan lapangan Desa Kamolan, Blora.
Karena ngotot tetap menyelengarakan pengajian tersebut, warga marah besar. Sejumlah warga menggeruduk kerumunan jama'ah MTA di lokasi kejadian. Bentrokan pun tak dapat dihindarkan.
"Ketegangan memuncak saat sejumlah bus yang ditumpangi jama'ah MTA dari beberapa daerah datang di lokasi kejadian, warga langsung melempari dengan batu dan potongan bambu," kata Edi.
Bahkan panggung pengajian di lapangan Desa Kamolan juga dirobohkan oleh warga setempat.
"Kalah jumlah, para jamaah MTA akhirnya memilih mundur," tambahnya.
Menurut Edi Witoyo, penolakan warga Desa Kamolan tersebut dilatarbelakangi atas ketidaksepahaman warga terhadap ajaran MTA yang tidak membenarkan adanya tahlil dan ziarah kubur. "Warga Kamolan rata-rata penganut paham yang menyetujui tradisi tahlil dan ziarah kubur. Maka mereka kemudian menganggap ajaran MTA sesat," ungkap Edi.
Informasi yang berkembang di masyarakat. Rencana, Sabtu (14/7) siang, warga akan melakukan pemblokiran akses jalan masuk ke Blora.
Warga Desa Kamolan bertekad membubarkan paksa dan menggagalkan pengajian akbar yang sedianya akan dihadiri 20 ribu jamaah MTA dari beberapa daerah.
Hingga saat ini, ratusan polisi masih menjaga ketat wilayah tersebut. (G-15)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar