Inilah Sekilas "Pesta Darah" di Jalanan Kota Semarang

SEMARANG- Insiden penusukan di jalanan Kota Semarang semakin membuat bulu kudu merinding. Pelaku kejahatan jalanan menggila. Mereka seperti sudah hilang rasa kemanusiaannya. Membunuh menjadi hal yang "ringan" dilakukan, padahal latar belakang pembunuhan, tak sedikit, sekedar urusan perut untuk mendapatkan sesuap nasi.

Kemudian para pelaku merampas barang-barang seperti handphone, dompet dan lain-lain. Tak segan mereka membacok dan menusuk para korbannya itu hal biasa. Ironisnya, para pelaku rata-rata remaja. Hal ini tentu menjadi keprihatinan bersama. Pemerintah dan kepolisian selaku pihak yang seharusnya tidak tutup mata. Sehingga persoalan yang meresahkan masyarakat semacam ini tidak kemudian dibiarkan tanpa penyelesaian.

Sabtu (14/4), Kota Semarang seperti sedang "pesta" darah. Seorang pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) tewas dengan luka tusuk di Jalan Dr Sutomo Semarang, tepatnya di dekat traffic light Mapolrestabes Semarang.

Korban ditemukan tewas dengan satu luka tusuk di dada kiri, sekitar pukul
20.00. Diketahui bernama Dimas Prasetyo, warga Jalan Candi Pawon Timur IV,RT5/RW7, Kelurahan Manyaran, Semarang.

Informasi yang dihimpun, Dimas saat itu bersama tiga temannya, sedang perjalanan hendak menonton hiburan Opera Van Java di Lapangan Pancasila Simpanglima Semarang.

Keterangan saksi Ponco (47), seorang pedagang di Kios Kerkeli Kalisari, mengatakan tiba-tiba korban terjatuh. Ada beberapa orang pria tak dikenal. Diduga korban menjadi korban penodongan oleh kawanan pria tak dikenal tersebut.

"Begitu terjatuh, kaos korban berlumuran darah. Korban terkapar bersimbah darah," katanya.

Tak lama kemudian, ada beberapa pemuda, sepertinya teman korban, melakukan pertolongan. Korban yang pingsan dinaikkan taksi untuk dibawa ke rumah sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. Kendati demikian, korban kemudian mengembuskan nafas terakhir.

Petugas dari SPKT bersama Unit Olah TKP dan Identifikasi Polrestabes Semarang terlihat mengumpulkan keterangan dari sejumlah di lokasi kejadian. Keterangan saksi Ilham, dia mengaku tetangga korban. "Iya benar, korban adalah tetangga saya, masih pelajar SMP," katanya di hadapan polisi.

Teman-teman korban saat kejadian, masing-masing: seorang mahasiswi Amalia Mutiara Nurul (22), warga Perumahan Korpri, Tugurejo T36 nomor 79, Tugu Semarang dan M Syahadat (24), mahasiswa Universitas Negeri Semarang asal Kota Waringin Barat, Kalimantan, yang tinggal di Jalan Muntal RT 4 RW 6 Semarang. Jenazah korban dibawa ke kamar mayat RSUP Dr Kariadi Semarang untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut.

Bawa Golok

Nasib nahas menimpa lima pelajar SMK Negeri I Cepu, Blora saat sedang menikmati banyolan Sule cs di lapangan Pancasila Simpanglima Semarang, juga menjadi korban ganasnya premanisme saat duduk di sebelah kanan panggung.

Mereka kemudian ditodong seorang pelaku menggunakan golok sebelum akhirnya barang-barang milik para pelajar tersebut dilucuti.

Kelima pelajar kelas XI yang sedang Praktek Kerja Lapangan di PT Cipta Media Tama, Jalan Menoreh 10 Sampangan, Semarang itu adalah Galang Puryadi (17) warga Jalan Jimbung, Kecamatan Kedung Tuban, Blora, Bambang (16) warga Kacamata Nglungger, Menden, Blora, Ivan (17), warga Kecamatan Cepu, Blora. Agung (16) warga Kedewan, Bojonegara, dan Dimas (17). Temengeng, Sambong, Blora.

"Pelakunya satu orang membawa golok. Ciri-cirinya berambut gondrong, pakai tindik di telinga kiri," terang Galang saat melapor ke Polsek Semarang Tengah, Minggu (14/4), dinihari.

Motor Dirampas

Terpisah, seorang pelajar SMP, Tomi Sistiyanto (15), warga Jalan Sri Rejeki Selatan RT 4 RW 4 No 53, Kalibanteng Kidul, Semarang Barat. Sepeda motor Satria FU H-2623-EQ dirampas sembilan berandal jalanan. Parahnya, untuk menakuti korban, pelaku sempat mengaku sebagai anggota Porlestabes Semarang.

Bermula ketika korban dan beberapa temannya mengendarai sepeda motor, Minggu (14/4), sekitar pukul 01.00. Mereka rencananya hendak pulang ke rumah seusai jalan-jalan berputar Kota Semarang. "Saya boncengan dengan teman (Adi Prasetyo, red). Kondisi jalan sudah cukup sepi," katanya saat melapor.

Sampai di Jalan A Yani dekat SPBU, korban mengalami kecelakaan hingga terjatuh. Korban bersama teman-temannya berhenti di pinggir jalan. Sementara kendaraan masih di jalan, dan belum sempat ditepikan. Saat itulah sembilan berandal jalanan mulai melancarkan aksinya. "Ada beberapa motor, kemudian berhenti tidak jauh dari saya jatuh. Seorang pemuda turun dan mengambil kendaraan saya yang masih di jalan," ujar Tomi.

Pacaran, Tewas Ditusuk

Sebelumnya, Seorang remaja bernama Imam Mu'arif (21), warga Dusun Slento RT 02 RW 03 Kaliputih Singorojo Kendal, tewas bersimbah darah tepatnya di tepi jalan masuk menuju SDIT Kampus Terpadu Al-Azhar 29 BSB, Mijen Semarang, Senin (8/4), sekitar pukul 20.00.

Imam tewas bersimbah darah dalam kondisi satu luka tusukan di dada kanan akibat senjata tajam. Tim kepolisian belum mengetahui motif pembunuhan secara pasti. Korban saat sedang asyik duduk berduaan dengan teman wanitanya, Erni (18), warga Cening, Singorojo, Kendal, di trotoar tepi jalan masuk menuju SDIT Kampus Terpadu Al-Azhar 29 BSB.

Tak lama kemudian keduanya dihampiri oleh dua pemuda berboncengan mengendarai motor Honda Beat. Satu di antara pelaku sempat mengutarakan meminjam korek api. Entah apa sebabnya, tiba-tiba salah seorang pelaku langsung menusukkan senjata tajam tepat mengenai dada bagian kanan.

Kasat Reskrim Polrestabes Semarang AKBP Harryo Sugihhartono saat dikonfirmasi mengatakan, hingga saat ini masih berlangsung penyelidikan. "Kami sudah memintai sejumlah saksi dan para korban. Pelaku sudah kami ketahui ciri-ciri khusus. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa kami tangkap," katanya.

Pakar Hukum Pidana Universitas Diponegoro Profesor Nyoman Sarikat Putrajaya menilai, maraknya kejahatan jalanan di Kota Semarang adalah bukti kalau kepolisian masih perlu meningkatan intensitas patroli. Bagaimanapun kepolisian merupakan pihak yang harus bertanggungjawab.

"Maraknya pembacokan selama ini, menurut saya, adalah ketidaktegasan kepolisian dalam menindak pelaku pidana," kata Nyoman.

Kepolisian harus serius mengungkap kasus pembunuhan. Jika penanganannya setengah-setengah, para pelaku tentu akan menyepelekan bahwa kasus pembunuhan itu biasa.

"Selain itu butuh peran pemerintah. Karena tidak dipungkiri, rata-rata penyebab kriminalitas adalah kemiskinan. Harusnya bisa mengurai kausalitas atau faktor-faktor penyebab terjadinya tindakan kriminalitas, memetakan daerah rawan, sehingga patroli polisi bisa ditingkatkan," katanya. (G-15/LSP)



by: red

Tidak ada komentar:

Posting Komentar