Buntut Kasus Tewas Dimassa: Pengeroyok Dilaporkan

SEMARANG - Triono Hendri Prasetya (41) warga Bukit Silayur Permai Blok A No 11, Jalan Saptamarga II RT 10 RW 04 Kembangarum, Ngaliyan melapor ke Poksek Semarang Barat. Ia menuntut keadilan atas pengeroyokan yang telah mengakibatkan anaknya, Bagus Anjas Prasetyo (16), tewas mengenaskan. Remaja di bawah umur itu menjadi korban amuk massa di dekat tempat tinggalnya, Jalan Saptamarga II RT 09 RW 04 Kembangarum. Ia dituduh hendak mencuri sepeda motor milik salah satu warga, Sabtu (06/4) malam.

"Kalau mencuri apanya yang dicuri, wong motornya masih ada, lobang kunci motornya juga tidak rusak. Padahal anak saya juga tinggal dekat situ," terang Triono kepada Lawang Sewu Pos, kemarin.

Menurut Triono, tindakan arogan warga bukan bertujuan agar korban jera, namun memang sengaja dibunuh. Hal itu didasarkan dari hasil autopsi jenazah korban. Selain hantaman benda tumpul dan tajam di sekujur tubuh korban, sepuluh jari tangan korban putus akibat dipotong menggunakan senjata tajam. Bahkan organ dalam korban yakni paru-paru dan limpa pecah.

"Informasi dari masyarakat, anak saya direbahkan di jalan lalu dilindas pakai motor yang dinaiki tiga orang," tandas Triono didampingi keluarga lain, Hendrik (50).

Pihak keluarga menganggap, Bagus bukan pencuri namun malah menjadi korban pencurian. Terbukti, pada saat kejadian sebuah handphone milik Bagus hilang di lokasi kejadian.

Atas kejadian itu, Dalam laporan polisi bernomor : LP / B 157 / IV /2013 / Jtg. / Restabes Smg. / Sek. Smg. Brt pada Senin, 08 April 2013 pukul 11.20, pihak keluarga melaporkan tindak pidana pengeroyokan sehingga mengakibatkan korban meninggal dunia sebagaimana diatur dalam pasal 170 KUHP.

"Kepolisian harus menuntaskan perkara ini dan pelaku pengeroyokan harus diproses hukum," timpalnya.

Sementara itu, Hendrik mengatakan, berdasarkan informasi dari warga sekitar lokasi kejadian, beberapa saat sebelum menemui ajal, Bagus sempat meminta tolong kepada salah seorang warga untuk diantarkan pulang. Meski tempat tinggal Bagus sudah dekat, namun saat itu Bagus mengaku penglihatannya sudah gelap semua. "Warga itu tidak mengantarkan karena letak tempat kos Bagus sudah kelihatan," ungkapnya.

Lantara tidak diantar, dengan cara merembet-rembet Bagus akhirnya tetap berjalan. Dengan penglihatan yang kurang, Bagus ternyata berbelok ke rumah nomor 21 milik Febru Hendriarto (39). "Sampai di teras, pemilik rumah tahu dan Bagus sempat ditanya, dijawab bahwa dia tidak mau mencuri tapi mau pulang ke kos, nyasar karena matanya kabur," terang Hendrik.

Saat itulah kebetulan warga melihat kemudian bertanya kepada Bagus dengan membentak-bentak. "Ditanya, dibentak, mungkin dia takut, akhirnya lari dan diteriaki maling lalu dihajar," ujarnya.

Diungkapkan, pada saat di rumah duka, pihak keluarga disodori sebuah surat oleh pihak kepolisian. Surat lengkap dengan materai itu berisi pernyataan bahwa pihak keluarga tidak akan melakukan penuntutan. Namun hal itu ditolak oleh pihak keluarga dengan alasan masih dalam suasana berkabung.

"Ada indikasi Polsek wegah ngurusi. Jika laporan itu tidak ditindaklanjuti, kami akan melapor juga ke Propam Polda dan Mabes," tandasnya.

Selain itu, keluarga mempertanyakan atas penggeledahan tempat kos milik Bagus pasca kejadian tragis itu. "Sekarang untuk apa coba polisi nggeledah tempat kos Bagus, kalau bukan mencari barang bukti agar Bagus seakan terbukti mencuri. Nyatanya tidak ada, karena jelas keponakan saya tidak mencuri," kata Hendrik.

Dikatakan, Bagus memilih untuk tinggal di tempat kos sendiri lantaran orang tuanya telah bercerai. Sang ibu tinggal di Jalan Purwosari Perbalan Gg G RT 05 RW 05 Semarang Utara, sedangkan bapaknya (Triono) tinggal di Jalan Saptamarga II RT 10 RW 04 Bukit Silayur Permai Blok A No 11 Kembangarum, Ngaliyan. "Bagus kos di Saptamarga namun tidak serumah dengan bapaknya," timpal Hendrik. (top/LSP)



by: red

Tidak ada komentar:

Posting Komentar