Ada 3,1 Juta Lelaki Pembeli Seks di Jateng

SEMARANG- Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sedikitnya 3,1 juta lelaki diketahui sebagai pembeli seks di Jateng.

Hal tersebut menunjukkan sedemikian besar peran lelaki dalam penyebaran virus penyakit mematikan HIV/AIDS.

Demikian disampaikan dalam diskusi perkembangan HIV/AIDS di Kota Semarang bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Griya Asa dan Gramiha Mitra Semarang bersama sejumlah awak media Semarang di kantornya Jalan Argorejo X No 5 Kalibanteng Kulon, Rabu (10/4).

"Perkembangan HIV/AIDS sudah sangat memprihatinkan. Terlebih fatal lagi, ibu rumah tangga menempati urutan pertama sebagai penderitanya," ungkap Direktur Griya dan Gramiha Mitra, Paskalis Abner.

Selama Januari-Juni 2012, di Provinsi Jawa Tengah terdapat 663 kasus. Terdiri dari 276 kasus HIV dan 387 kasus AIDS. Sedangkan data akumulatif mulai 1993 sampai 2012 terdiri dari 3.253 kasus HIV dan 2.789 kasus AIDS. Dari jumlah tersebut, sebanyak 693 orang meninggal dunia.

"Kenapa ibu rumah tangga dan anak bisa terinfeksi HIV? Tentu saja, paling besar kemungkinan tertular dari pasangannya atau suaminya sendiri," tandasnya.

Lantas, lanjutnya, dari mana lelaki tersebut terinfeksi HIV? Paskalis menjelaskan ada dua kemungkinan besar. Pertama, lelaki tersebut adalah 'pembeli seks'. Kedua, lelaki tersebut adalah pengguna narkoba melalui jarum suntik.

"Lelaki mempunyai mobilitas tinggi di luar rumah, sehingga mereka rentan melakukan seks di luar rumah (membeli seks-red)," tambahnya.

Di Jateng, diperkirakan terdapat 1,9 juta perempuan menikah dengan lelaki yang terinfeksi HIV. "Jumlah perempuan yang dilacurkan sedikitnya ada 214 ribu jiwa. Namun fakta di lapangan, jumlahnya diprediksi mencapai 8-10 juta wanita menjadi pekerja seks," kata Paskalis.

Di kompleks Resosialisasi Argorejo sendiri ada 600-an wanita pekerja seks. Setiap wanita pekerja seks, per-harinya melayani antara 1-10 lelaki. "Harga sekali 'main' Rp 150 ribu,"

Dikatakannya, faktor resiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual mencapai 8,4 persen, pengguna jarum suntik tidak steril 6 persen, ibu positif ke anaknya 3,9 persen, dan lelaki seks bersama lelaki 3,9 persen.

"Kendati jumlah lelaki pembeli seks besar, namun penggunaan kondom masih sangat rendah. Berdasarkan Surveilans Terpadu Biologis tahun 2011, pria pengguna kondom hanya 14 persen," terangnya.

Rata-rata, lelaki pembeli seks enggan menggunakan kondom meski wanita pekerja seks menawari menggunakan kondom. "Bisa saja alasannya karena tidak puas main sama plastik. Di sini, uang mendominasi. Dia (lelaki pembeli seks) merasa pihak yang membeli, sehingga merasa harus sesuai keinginan," katanya.

Itulah sebab mengapa salah satu penyakit paling berbahaya HIV/AIDS ini masih terus merajalela di masyarakat kita. "Ingat hari ini mungkin kita membicarakan orang lain, tapi mungkin beberapa tahun kemudian kita akan membicarakan diri sendiri," katanya. (G-15/LSP)

by: red

Tidak ada komentar:

Posting Komentar