SEMARANG - Meski iklim keamanan di Provinsi Jateng masih kondusif, namun Pondok Pesantren (ponpes) Soko Tunggal siap melindungi Kaum Syiah di provinsi ini. Hal itu ditegaskan oleh Pengasuh Ponpes Soko Tunggal Nuril Arifin Husein di padepokannya Sendangguwo Semarang, baru-baru ini.
Gus Nuril |
Ia menilai tindakan perlindungan itu akan dilakukan untuk mengantisipasi kejadian kerusuhan antarwarga di Desa Karanggayam Kecamatan Omben dan Desa Bluuran Kecamatan Karang Penang Kabupaten Sampang Jatim pada Minggu (26/8) lalu. Ia juga mengatakan tindakan itu tidak hanya dilakukan di Provinsi Jateng tapi di setiap cabang Ponpes Soko Tunggal.
“Kita siap melindungi Kaum Syiah di Jateng. Perlindungan juga akan dilakukan di tiap cabang Soko Tunggal di Indonesia. Kita punya sembilan cabang saat ini,” katanya yang juga sebagai Ketua Umum Forum Keadilan dan Hak Asasi Umat Beragama (Forkagama) Jateng.
Ia sangat berharap pemerintah juga bisa melakukan tindakan serupa. Karena, ia menilai, selama ini pemerintah juga belum tuntas menyelesaikan kasus Sampang sehingga dikhawatirkan akan menyebar hingga ke wilayah lainnya.
“Saya sangat mengeluhkan pernyataan (Presiden) SBY yang mengatakan bahwa intelijen lemah. Kalau intelijen yang dipermasalahkan, pecat saja semua pejabat intelijen atau Kepala BIN (Badan Intelijen Negara). Yang penting, segera selesaikan kasus yang terjadi,” tegas Gus Nuril, panggilan akrabnya.
Kasus Sampang, lanjut dia, sudah menyangkut masalah negara karena terjadi pembunuhan terhadap orang-orang tak berdosa oleh sekelompok orang. Bila kondisi itu dibiarkan, maka dikhawatirkan bisa menimbulkan permasalahan lebih luas yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa. Untuk mengusut tuntas kasus di Sampang itu, ia menyarankan, ada tim khusus yang beranggotakan berbagai elemen seperti Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Komnas HAM, tokoh agama, dan lainnya melakukan investigasi dan mencari kebenaran di lapangan.
”Tim khusus perlu dibentuk karena kasus penyerangan terhadap komunitas Syiah di Sampang itu sudah kali kedua terjadi. Terakhir, pada 26 Agustus lalu,” ungkap dia.
Menurut dia kasus Sampang sebenarnya bukan target utama dari kelompok yang menghendaki iklim di Indonesia menjadi tidak kondusif. ”Sasaran utama yakni menghancurkan Nahdlatul Ulama (NU) dan agama lainnya,” tandasnya.
Sementara Sekretaris DPW Ahlulbait Indonesia (ABI) Jateng Ahmad Mujahid mengutuk keras kasus Sampang yang menyebabkan dua anggota kelompok Islam Syiah meninggal dunia. ”Tindakan penyerangan terhadap kaum minoritas yang lemah (Islam Syiah) melanggar hak asasi manusia,” tegas Ahmad, yang didampingi fungsionaris DPP ABI Neqdad Turkan.
ABI Jateng juga menuntut kepada Polri dan aparat penegak hukum mengusut dan menindak tegas kepada pelaku, provokator, dan aktor intelektual kerusuhan Sampang tersebut. ”Kita juga meminta Kapolda Jateng melakukan langkah preventif melindungi kelompok Syiah di Jateng,” pintanya.
Menurut dia jumlah anggota kelompok Syiah di Jateng sudah mencapai ribuan yang tersebar di setiap kabupaten/ kota. ”Sudah ada provokasi dari kelompok tertentu terhadap anggota Syiah di Jateng. Hal itu perlu diantisipasi agar kasus Sampang tidak terjadi di Jateng,” harapnya.(Novian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar