Dalam insiden tersebut, seorang wartawan Metro TV Deo Dwi Fajar (28), menjadi korban pemukulan oleh para taruna. Deo saat itu sedang meliput insiden tersebut. Bahkan kamera miliknya direbut oleh pria berkulit hitam, kaset diinjak-injak.
Tak hanya itu, para taruna brutal tersebut juga merusak motor milik Deo, yang saat kejadian diparkir tak jauh dari lokasi kejadian. Sejumlah rumah warga juga menjadi korban pelemparan batu dalam aksi brutal yang dilakukan para taruna itu.
Informasi yang dihimpun, insiden tersebut terjadi sekitar pukul 23.00.
Bentrok bermula saat sejumlah taruna Akpelni tingkat II melintas di kawasan tersebut. Sejumlah saksi mengatakan bila sebelumnya, kelompok Akpelni melihat sekelompok taruna AMC Cirebon sedang menggelar minuman keras di kawasan tersebut.
Keberadaan AMC sendiri di Semarang sedang mengikuti sertifikasi di Semarang. Sementara camp AMC berada di lokasi kejadian.
Beberapa taruna Akpelni berusaha memeringatkan, akan tetapi pihak AMC justru melawan. Bentrok fisik pun tak dapat terhindarkan. Situasi tegang manakala dari kedua belah pihak saling berdatangan membantu masing-masing kubu. Maka tawuran antar remaja berambut cepak itu pun terjadi.
Bahkan saat anggota polisi dari Polsek Gajahmungkur melakukan pencegahan atau melerai di lokasi kejadian pun tak digubris dan semakin brutal. Tawuran mampu diredam setelah petugas Dalmas dan Unit Resmob Polrestabes Semarang, datang ke lokasi kejadian. Kedua kubu kabur tunggang langggang.
Hingga tadi malam, polisi masih memburu otak kekacauan tersebut dan mencari pelaku pemukulan terhadap wartawan Metro TV. "Malam itu kebetulan saya sedang melintas di lokasi kejadian. Melihat bentrok yang telah saling lempar itu, saya langsung berhenti dan mengeluarkan kamera dari jarak sekitar 50 meter," kata Deo.
Baru 2 menit mengambil gambar, tiba-tiba salah satu taruna menghampirinya dan merebut kamera. "Saya langsung dipukuli berkali-kali hingga terjatuh, motor saya ditendang dan dirusak," ujarnya.
Deo dibawa oleh seorang alumni Akpelni bernama Dody yang juga melintas di lokasi tersebut. "Saya mengamankan Deo ke kampus Akpelni. Soal siapa yang merebut kamera, saya tidak tahu," kata Dody.
Setelah cukup lama berada di kampus tersebut, kamera milik Deo akhirnya dikembalikan. Dody mengatakan, salah satu kubu yang terlibat tawuran tersebut adalah taruna Akpelni. Namun ia mengaku tidak mengenali secara pasti taruna Akpelni tingkat berapa. "Kalau taruna tingkat 1 tinggal di asrama, tingkat 2 bebas dan tingkat 3 kerja praktek atau naik kapal," ungkapnya.
Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh.)Pembantu Direktur-III Akademi Pelayaran Niaga (Akpelni) Cahya Fajar Budi Hartanto, M.Mar membantah bila di antara kubu yang terlibat aksi tawuran itu adalah taruna Akpelni. "Tidak ada atribute yang bisa membuktikan bahwa mereka adalah taruna Akpelni. Kalau hanya potongan rambut cepak, bisa jadi tentara dengan warga," katanya saat ditemui wartawan di kampus Akpelni.
Tapi Fajar membenarkan terkait adanya kunjungan taruna AMC Cirebon yang sedang mengikuti sertifikasi. "Pelaksanaannya bukan di Akpelni, melainkan di Balai Pengembangan dan Layanan Pendidikan Tinggi-Semarang Growth Center," kata Fajar.
Kapolsek Gajahmungkur Kompol Eva Guna Pandia menjelaskan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan sejumlah saksi. Di antaranya dari pihak AMC. "Kubu AMC mengaku, lawannya itu adalah taruna Akpelni. Akan tetapi mereka tidak tahu persis identitasnya," katanya.
Pihaknya juga mengaku telah memanggil pihak Akpelni dan AMC serta ketua RT/RW setempat. "Harapannya masalah ini tidak berbuntut panjang. Kami berusaha memediasi agar persoalan ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan," katanya. (G-15)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar