Rektor Unissula Dinilai Tidak Kooperatif


Pergi ke Thailand


SEMARANG- Tim penyidik Polrestabes masih menunggu 3 saksi terkait kasus manipulasi nilai raport yang terjadi di Fakultas Kedokteran Unissula, yang mangkir. Ketiganya belum memenuhi panggilan pemeriksaan, satu di antaranya merupakan rektor Unissula.
Keterangan yang diperoleh di kepolisian, ketidakhadiran sang rektor dikarenakan sedang bepergian ke Thailand .

Belum dijelaskan secara rinci terkait apa alasan kepergiannya itu. Sehingga hal tersebut membuat kepolisian menilai rektor Unissula tidak kooperatif. “Kami akan mengirim panggilan ulang, yang bersangkutan dipanggil sebagai saksi,” kata Kapolrestabes Kombes Elan Subilan, kemarin.

Sesuai agenda, pemeriksaan tersebut akan dilakukan pada tanggal 5 Juni 2012 mendatang. Namun jika masih terganjal dengan ketidakhadiran, maka langkah kepolisian akan meneruskan pada tahap berikutnya (jemput paksa-red). “Semua ada prosedurnya kok, sudah ada aturan main yang jelas. Kami berharap, mari duduk bersama. Silahkan memilih pengacara yang baik untuk mendampingi kasus ini. Kepolisian hanya ingin menegakkan hukum, sama sekali tidak ada kepentingan lain,” tandas Kapolrestabes.

Kendati demikian, upaya penegakkan hukum yang dilakukan oleh Elan Subilan ternyata mendapat reaksi keras oleh beberapa pihak. Di antaranya oknum di intern kampus itu sendiri dan bahkan kalangan dewan. Sebagaimana Anggota Komisi E DPRD Jateng Syamsul Maarif (alumni Unissula) yang merasa kampusnya diobok-obok. “Justru jika polisi berhasil menangkap penjahatnya, kampus itu akan bersih. Mengobok-obok bagaimana? Apa seneng kalau fakultas kedokterannya diisi anak-anak IPS?” kata Kapolrestabes.

Padahal kepolisian telah menemukan titik terang menyusul tertangkap dan ditetapkannya tersangka Dwi Hartono alias Fery, seorang mahasiswa kunci dari kasus manipulasi nilai di FK Unissula tersebut. Bahkan ditengarai, komplotan Fery ini adalah mavia pendidikan yang beraksi di lintas kampus se-Jawa. Di antaranya Jogja, Semarang , Jabar, Jatim dan Jakarta . Fery cs ini melabeli sindikatnya dengan kedok sebagai lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel).

Terungkap dalam brosur yang tertulis “garansi 100% diterima! Bayar setelah lolos tes” Fakultas yang ditawarkan antara lain Kedokteran, Kebidanan, Farmasi dan Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN).

Kepolisian juga berhasil mengungkap para calon dokter tersebut dikenai tarif antara Rp 100 hingga Rp 500 juta. Hingga saat ini, tim penyidik Polrestabes baru memastikan ada 4 mahasiswa yang “digarap” Fery. Padahal Fery sendiri mengaku telah lupa berapa jumlah mahasiswa yang telah berhasil dimasukkannya ke FK Unissula. Pasalnya, ia telah beraksi sejak tahun 2006 silam. (abm)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar