SEGEROMBOLAN cewek ABG yang mengatasnamakan "Geng Cokor" terpaksa harus diamankan tim Reskrim Polsek Semarang Barat, Rabu (30/11). Mereka ditangkap sebagai tersangka kasus penganiayaan dan perampasan sepeda motor di Jalan Suratmo atau belakang Pombensin Abdurrahman Saleh Semarang Barat pada Selasa (29/11) lalu.
Kejadian perampasan disertai penganiayaan itu menimpa korban, Dewi Larasati (21) warga Krajan, Kelurahan Lemah Ireng, Bawen. Geng yang rata-rata beranggotakan cewek belasan tahun ini mengaku tersinggung terhadap sikap dan ucapan korban yang dinilai sok.
Cewek-cewek "perkasa" yang kini menjadi tersangka itu masing-masing, Desi Ratnasari alias Emprit (19), warga Puspogiwang, Oktavia Angraeni alias Gendut (17) warga Sri Rejeki, Riz alias Ambon Tengil (16) siswi SMA 3 Masehi, Sely Septiana alias Sheila (22), warga Tawang Rejo Wesi, dan DAY (14), warga Jalan Argorejo.
Peristiwa itu bermula saat di antara anggota "Geng Cokor", yakni Ambon Tengil bersama Emprit sedang berada di sebuah warung bakso di Jalan Suratmo Semarang Barat. Saat keduanya sedang asyik menyantap bakso, kemudian mereka didatangi, Ar yang juga teman di Geng Cokor. Ar yang semula hanya ingin membeli es itu pun kemudian ngobrol cukup lama dengan tersangka.
Tiba-tiba datang Dewi (korban) menyambangi mereka bertiga dan langsung marah-marah kepada Ar. "O ini toh yang menyebabkan lama, tidak pulang-pulang, rupanya kamu selingkuh dengan cewek-cewek ini, " ungkap Ambon Tengil menirukan ucapan korban kepada Ar.
Dewi yang diduga pacar Ar itu marah-marah karena kelamaan menunggu Ar yang asyik ngobrol dengan Ambon Tengil. Kecemburuan itu kemudian memantik cek-cok mulut. Dikatakan Ambon Tengil, korban sempat menuduh kepada dirinya sebagai "pacar simpanan" Ar. "Saya tersinggung, emang dia itu siapa? Saya tidak kenal dia (korban). Mengapa tiba-tiba menuduh yang enggak-enggak," papar Tengil saat menjelaskan kepada petugas.
Tersangka yang mengaku usai menenggak pil koplo inipun bangkit emosi, namun berhasil dilerai dan korban beranjak pergi. Akan tetapi tak berhenti sampai di situ. Ambon Tengil yang juga dikenal dengan sebutan Dirijen Panser Biru ini menghubungi kawan-kawannya "Geng Cokor" bermaksud memberi pelajaran terhadap korban. Tak lama kemudian, akhirnya bertemu korban di Jalan Suratmo. "Awalnya saya peringatkan agar hati-hati kalau berbicara, tapi korban malah mencak-mencak dengan nada mengejek -siapa elu siapa gue-," katanya.
Lima cewek "Geng Cokor" yang selalu berciri khas tidak pernah memakai sandal ini pun naik pitam. Korban pun langsung dihajar beramai-ramai dengan menggunakan tangan kosong. Perkelahian 5 lawan 1 itu tidak berimbang, sehingga korban tidak bisa berbuat apa-apa.
Puas menghajar korban, kawanan tersangka membawa kabur sepeda motor Yamaha Mio warna biru H 7073 YP milik korban. "Sebenarnya kami hanya bermaksud menyembunyikan saja, namun oleh Aryo, Ari Aryanto dan Tatang, motor itu disuruh menjual saja. Rencananya mau dijual di lokalisasi Sunan Kuning seharga Rp 2,5 juta. Tapi belum jadi," kata Tengil, siswi SMA kelas 10 A ini.
Namun para tersangka ngotot dan mengelak jika dikatakan melakukan perampasan. Ia mengaku dalam kondisi benar atau tidak salah. "Tindakan kami hanya memberi pelajaran saja. Kejadian itu kan bukan tanpa sebab. Ada sebab juga ada akibat," katanya diplomatis.
Kapolrestabes Kombes Elan Subilan mengatakan, pihaknya akan memproses sebagaimana hukum yang berlaku. Tindakan yang dilakukan "Geng Cokor" yang sering tidak pernah pakai alas kaki tersebut sangat meresahkan masyarakat. Komunitas ini ada sekitar ratusan, rata-rata berusia antara 14 hingga 23 tahun dan sering mangkal di sebuah base camp di dekat makam di daerah Suratmo. "Kami masih mendalami kasus ini dan memburu tiga tersangka lain. Hingga saat ini, kelima pelaku pengeroyokan dan perampasan motor ini berstatus tersangka," terang Kapolrestabes. (abm)
namanya day? berarti aku genk cokor? *) waduh.
BalasHapus