Terminal Terboyo Kian Mengenaskan, Pemkot Tak Sensitif

SEMARANG- Pemerintah sudah selayaknya tidak cuek terhadap kondisi Terminal Terboyo Semarang yang kian mengenaskan. Membiarkan persoalan itu hingga berlarut-larut sama artinya membuat satu titik kotor di Kota Semarang.

Bertahun-tahun persoalan Terminal Terboyo tak kunjung memperoleh solusi konkrit. Mulai persoalan rob, pengelolaan manajemen, hingga infrastruktur yang kian tidak kondusif. Akibatnya,
kondisi terminal yang dibangun sejak 1985 dengan luas 22 ribu meter persegi ini, seperti menunggu ajal.

Pasalnya, selain makin lunturnya budaya disiplin bagi sopir bus untuk menaati aturan manajemen terminal, minat penumpang bus untuk masuk ke dalam terminal juga semakin minim. Mereka lebih memilih naik bus dari pertigaan atau traffic light depan terminal Terboyo. Hal itu membuat terminal Terboyo sepi, padahal saat masih normal, terminal ini beroperasi 24 jam. Bahkan jika menjelang malam, kawasan tersebut lebih cocok dihuni kawanan hantu, karena sunyi senyap.

Pakar transportasi Prof Djoko Setiawarno mengatakan, Pemerintah Kota Semarang terlambat atau tidak tanggap dalam menangani persoalan terminal Terboyo.

"Mestinya hal itu bisa ditangani, siapa bilang tidak bisa ditangani. Terboyo masih dibutuhkan. Tapi dalam hal ini Pemkot tidak sensitif." ungkapnya, Kamis (21/8/014).

Hal yang menyebabkan Terminal Terboyo terkatung-katung bisa karena memang Pemkot tidak mampu, atau bisa juga Pemerintah Provinsi Jateng lupa. Keduanya semestinya bisa sinergi untuk memajukan kota. "Saya tidak tahu bagaimana mereka berkomunikasi. Mestinya bisa, jika Pemkot dibantu Pusat," tandasnya.

Dikatakan Djoko, semestinya Pemkot Semarang belajar dari langkah PT KAI yang bisa mengefektifkan sejumlah stasiun kereta api. Bisa dilihat infrastruktur dan pengelolaan manajemennya bagaimana, sehingga hal itu menciptakan kondisi nyaman.

"Kalau tempatnya rusak, kumuh, dan banyak copet, bagaimana masyarakat bisa nyaman? Persoalan itu harus diselesaikan agar Terboyo nyaman," tandasnya. (Abdul Mughis/dok/lsp)





Powered by Telkomsel BlackBerry®