Keluarga Maritim Tanjung Emas Semarang saat menggelar Coffee Morning di Kantor Cabang Kejaksaan Negeri. |
TANJUNG EMAS- Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang merupakan daerah vital di Kota Semarang masih menyimpan sejumlah persoalan—yang memantik polemik di kawasan tersebut. Sejauh ini, sejumlah persoalan tersebut tersumbat hingga berlarut-larut tanpa terjadi penyelesaian dengan baik.
Di antaranya mengenai sistem pelayanan, praktik pungutan liar (pungli), keluhan para pengguna jasa, minimnya sarana-prasarana, tingginya tarif bongkar muat, kasus penyelundupan barang ilegal, narkoba hingga rob yang sampai detik ini masih menjadi persoalan klasik di depan mata.
Atas hal itu, Perkumpulan Keluarga Maritim Tanjung Emas Semarang menyatukan misi untuk menangani seluk beluk persoalan Pelabuhan Tanjung Emas tersebut. “Sangat penting kiranya, semua elemen di kawasan Tanjung Emas Semarang menyatukan visi-misi,” ungkap Kepala Cabang Kejaksaan Negeri Tanjung Emas Semarang, Budhi Purwanto, dalam acara “Coffee Morning” Perkumpulan Keluarga Maritim Tanjung Emas yang diselenggarakan di Cabang Kejaksaan Negeri Tanjung Emas Semarang, Kamis (16/5) pagi.
Dikatakan Budhi, melalui acara Coffee Morning tersebut diharapkan terjadi komunikasi aktif terkait persoalan-persoalan yang terjadi di lapangan. Sejumlah instansi pemerintah, dan seluruh assosiasi pelabuhan terlibat aktif dalam pertemuan tersebut.
“Tujuan pertama menjalin tali silaturrahim. Kedua mencari jalan keluar terkait persoalan-persoalan yang terjadi di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas. Kami semua merasa memiliki Tanjung Emas, sehingga jika ada persoalan-persoalan menjadi tanggung jawab bersama dan menjadikan Tanjung Emas kondusif,” tandas Budhi ditemui usai acara.
Dikatakannya, pada intinya meningkatkan koordinasi dalam memberikan pelayanan. Banyak persoalan yang menjadi tanggung jawab bersama. Harus diakui, pelabuhan menjadi “pintu” atau akses keluar masuk bisnis di Kota Semarang. Namun tidak jarang terjadi penyalahgunaan. Misal saja penyelundupan, modus peredaran narkoba dan lain-lain. Jika semua elemen mempu berkoordinasi, maka hal tersebut diharapkan teridentifikasi sedini mungkin,” tandasnya.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Karolus Sengaji menjelaskan, melalui perkumpulan keluarga Maritim, bisa diketahui apa dan bagaiamana persoalan krusial di wilayah Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. “Jika ada temuan-temuan masalah di lapangan bisa dikoordinasikan dengan instansi tertentu sesuai dengan perannya masing-masing,” katanya.
Ketua Asosiasi Logistik and Forwarder Indonesia (ALFI) Ari Wibowo menyambut positif agenda tersebut. “Forum ini harus ditindaklanjuti secara serius. Jangan sampai hanya bersifat formalitas, berikutnya harus ada langkah konkrit memajukan Tanjung Emas agar mampu menarik investor untuk menjalin kerja sama di Kota Semarang,” ujarnya.
Sementara Pengurus Pelayaran Rakyat (Pelra), Kamran mengatakan, persoalan yang selama ini terjadi terkait sepinya order kapal kayu untuk menggunakan akses Pelabuhan Tanjung Emas. Hal itu menurutnya dikarenakan instansi-instansi yang berkaitan terlalu bertele-tele dalam membuat kebijakan. "Birokrasi harus dipermudah, biaya logistis harus serendah-rendahnya," katanya.
Acara tersebut dihadiri sejumlah perwakilan instansi dan organisasi di pelabuhan. Di antaranya Kepala Pelabuhan Indonesia (Pelindo), Kepala Pelabuhan Peti Kemas Semarang, Danlanal Semarang, Kepala Pelabuhan Rakyat (Pelra), Ekspor Impor, Badan Karantina, Ditpolair, Kapolsek KP3 dan lain-lain. (G-15/LSP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar