Polda: Pemicu Bentrok, Suporter PSIS Arogan

SEMARANG – Insiden bentrok suporter PSIS Semarang dengan sekelompok warga Desa Godong, Kabupaten Grobogan, terus diselidiki oleh tim Kepolisian Daerah (Polda) Jateng.

Ditengarai, pemicu bentrok adalah tindakan arogan yang dilakukan oleh sejumlah suporter PSIS.  Sejumlah kelompok suporter PSIS melakukan penjarahan di sejumlah toko dan pasar Godong, saat perjalanan Semarang-Purwodadi. Beberapa barang yang dijarah antara lain: buah-buahan, roti dan minuman. Bahkan ditemukan bukti-bukti penjarahan berupa beras, bensin, radio tape, rice cooker dan lain-lain. 

Selain itu, para suporter diduga juga melakukan pawai motor dan mobil tidak menggunakan aturan yang benar. Hal tersebut memancing emosi warga di sepanjang jalan Godong Purwodadi. Warga kemudian melakukan blokade jalan sebagai reaksi pembalasan.

"Pemicunya banyak suporter dari Semarang mengendarai kendaraan roda dua dan roda empat yang tidak benar. Respon warga kemudian melakukan pemblokiran jalan karena menilai sikap arogan yang dilakukan oleh supporter PSIS," tandas Kepala Bidang Humas Polda Jawa Tengah, Komisaris Besar Djihartono, ditemui di Mapolda Jateng, Senin (06/5).

Aksi arogansi suporter PSIS terjadi sedikitnya tiga kali, yakni sebelum pertandingan, saat pertandingan dan sesudah pertandingan. Selain itu, usai pertandingan, suporter PSIS juga kembali membuat rusuh. Berdalih lapar dan tidak ada makanan, mereka melakukan penjarahan di pertokoan dan pasar yang dilalui. Barang-barang bawaan yang diduga hasil jarahan para suporter PSIS di antaranya, televisi, kompor gas, tabung gas, sepeda onthel, beras, piring dan beberapa barang lainnya.

Tidak Ada Korban Jiwa

Djihartono membantah informasi yang menyebut insiden itu menewaskan sejumlah suporter. "Kabar ada yang meninggal akibat bentrok itu tidak benar. Tidak ada korban jiwa. Hanya ada beberapa yang luka-luka dan sudah dirawat di RSI Sultan Agung Semarang dan dirawat di Puskesmas. Kapolda turun langsung ke lokasi, didampingi Direktur Intelkam dan Kepala Biro Operasi," jelasnya. 

Dia menegaskan, memang ada yang meninggal, namun itu karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan tersebut terjadi saat perjalanan suporter PSIS berangkat ke stadion Krida Bhakti, Purwodadi. Mulanya saat ribuan supporter pawai dari arah Semarang menuju Purwodadi. Sesampai di di pasar Godong, mereka melakukan penjarahan. Sempat terjadi aksi kejar-kejaran dengan warga.

Dalam aksi kejar-kejaran itu, sebuah truk yang digunakan oleh suporter PSIS menabrak seorang pengendara hingga akhirnya tewas. Pengendara tersebut diketahui bernama Beni (20), warga Godong, Purwodadi.  "Maka terjadi gesekan dengan masyarakat setempat," jelas Djihartono.

Sementara Kapolrestabes Semarang mengatakan, jumlah suporter PSIS Semarang dinilai telah berlebihan. "Bayangkan saja, ada sekira 8000 supporter ikut dalam pertandingan di Purwodadi. Padahal kapasitas stadion Krida Bhakti Purwodadi hanya bisa menampung 3000 penonton," terangnya. 

Para suporter memaksa masuk stadion dan sempat merusak pagar stadion. Selain itu, usai pertandingan, para supporter PSIS juga kembali membuat resah dengan melakukan penjarahan di sejumlah pertokoan dan pasar yang dilalui. "Kami mengevakuasi sebanyak 99 motor milik suporter PSIS. 25 orang mengalami luka ringan, 5 di antaranya perempuan, sudah mendapat perawatan medis," kata Elan. 

Menurut Elan, pengerahan suporter hingga ribuan ini tampaknya ada indikasi ditumpangi kepentingan politik tertentu. "Diduga ada pihak-pihak yang sengaja mengerahkan banyak orang melalui event sepak bola. Keberhasilan mengerahkan massa hingga kurang lebih 8000 orang ini bisa ditumpangi untuk kepentingan politis," katanya.

Salah seorang suporter PSIS berinisial RS (19), mengaku ikut penjarahan yang dilakukan bersama-sama itu. "Wetenge luwe mas, lha piye meneh. Okeh banget sing melu njupuk. (Perutnya lapar mas, banyak sekali yang ikut mengambil-red)" ujarnya saat ditemui wartawan di Mapolrestabes Semarang. 

Terkait perusakan stadion Krida Bhakti Purwodadi, seorang supporter yang telah berhasil dievakuasi mengaku, bahwa hal itu merupakan wujud kekecewaan lantaran tidak diperbolehkan masuk untuk mendukung pertandingan tim kesayangannya. "Lha wong sudah sampai sana kok tidak boleh masuk," timpal remaja yang terlihat kelelahan itu. (top/lsp) 

by: red

Tidak ada komentar:

Posting Komentar