Dea mengalami beberapa luka memar di berbagai bagian tubuhnya akibat dihajar dengan tangan kosong. Dengan suara lirih Dea menceritakan, kejadian penganiayaan sudah dialami dua kali selama bulan April 2013.
"Bibir saya pecah, lengan, wajah, dan kaki saya memar. Perut saya sampai sekarang juga masih mual karena dipukul," terang Dea ditemui di ruang perawatannya, Minggu (14/4).
Terakhir pemukulan itu terjadi di dalam mobil pelaku di daerah Sampangan, Jumat (12/4) malam lalu. Saat itu, meski sudah tidak menjalin hubungan asmara, keduanya sepakat bertemu dan makan malam di sebuah rumah makan di daerah Sampangan sekira pukul 21.00.
Di sela-sela perbincangan, perwira mantan pacar korban itu meminta foto-foto dia yang tersimpan di handphone milik korban agar dihapus. "Saya ndak mau, saya bilang mau saya pilihi dulu. Tapi dianya maksa," terangnya.
Saling rebut handphone pun terjadi hingga berlanjut ke dalam mobil pelaku. Di sanalah bogem mentah sang perwira melayang. Ipda Rezeki meminta dengan terus memukuli korban dengan tangan kosong. Di antaranya ke wajah, payudara, perut, tangan hingga kaki.
"Saya sempat mau keluar tapi rambut saya dijambak disuruh masuk lagi. Pergelangan tangan kanan saya juga sempat digigit," ucap Dea.
Saat periksa ke dokter, sekitar Sabtu (13/4/2013) dinihari, ia disuruh istirahat terlebih dahulu. Lalu pada Minggu (14/4) sore, korban pingsan dan dibawa ke RS Telogorejo.
Dikatakan, korban berniat akan melaporkan mantan pacarnya itu ke kepolisian untuk diproses hukum. Namun, saat ini kondisinya masih lemas. Yang pasti, ia akan menggandeng beberapa LSM untuk memberikannya advokasi.
Insiden pemukulan juga pernah terjadi di dalam mobil di kawasan Simpanglima, pada 2 April 2013. Kejadian itu berawal dari pertengkaran soal janji Ipda Rezeki untuk menikahinya. Aparat penegak hukum itu bilang akan menunda pernikahan sembari menunggu restu dari orangtua.
"Dia bilang, orangtuanya tidak suka dengan saya. Tapi ia (Rezeki) berjanji akan tetap menikahi saya bahkan surat-surat untuk menikah sudah disiapkan," papar Dea yang selama dua bulan terakhir tinggal di rumah dinas Ipda Rezeki.
Di situlah cek-cok terjadi, dan korban akhirnya menjadi sasaran "tangan besi" sang perwira. Akibatnya korban mengalami luka pada beberapa bagian tubuhnya. "Saat itu, saya tidak diperbolehkan untuk ke rumah sakit. Sebenarnya, saya enggan pulang dengannya tapi saya mengalah. Waktu itu dia minta maaf bahkan sempat membelikan obat," ucapnya.
Sementara Kasat Brimob Polda Jateng Kombes Pol Mohammad Badrus mengaku sudah mendengar kejadian pemukulan oleh anak buahnya, Ipda Rezeki Revi Respati. Ia berjanji akan langsung menindaklanjuti kejadian itu. "Saya minta pihak provos Brimob meminta keterangan kepada yang bersangkutan," ucapnya yang saat dihubungi sedang berada di Solo, Minggu (14/4), siang.
Lanjut Badrus, untuk posisi Ipda Rezeki sebagai wakil komandan kompi di sub den 2 Den por A (Simongan), pihaknya belum melakukan pencopotan sementara.
"Rencananya, pihak korban (Dea) juga akan kami mintai keterangan," tambahnya.
Dikatakan, selain internal Provos Brimob, pihaknya akan melaporkan pemeriksaan kepada bidang Propam Polda Jateng.
(top/LSP)
by: red
Tidak ada komentar:
Posting Komentar