Penutupan Jalan Unnes-Bangkong “Kebiri” Warga
SEMARANG-
Program unggulan Unnes Semarang sebagai kampus konservasi “Green
Transportation” atau kebijakan tentang transportasi ramah lingkungan dengan bersih
kendaraan bermesin, ternyata menuai persolan baru. Warga Dukuh Bangkong,
Kelurahan Sekaran, merasa dirugikan akibat pelaksanaan program tersebut.
"Jalan
ini merupakan fasilatas umum milik warga. Tapi mereka justru mempersulit dengan
aturan-aturan baru dengan dalih melaksanakan program konservasi bebas asap mesin.
Misalnya, setiap mau masuk ditanya warga mana? KTP mana? Dan lain-lain. Padahal
kami adalah warga asli sini (Bangkong, lokasinya di belakang kampus
Unnes-red)" ungkap Pak Yudi (50), warga Bangkong, kepada wartawan, Rabu
(20/3).
Akses jalan
menuju ke Dukuh Bangkong tersebut ditutup menggunakan palang besi dan dijaga
satpam. "Mobil tidak bisa masuk menuju Bangkong. Beberapa waktu lalu, ada
warga yang meninggal, mobil tamu takziyah tidak bisa masuk. Kalau kami akan
membeli material juga kesulitan. Kami atasnama warga Bangkong jelas merasa
keberatan terhadap penutupan jalan itu," tandas Pak Yudi.
Ketua RT 01
RW 07 Bangkong, Sukamto mengatakan penutupan akses jalan Unnes menuju Dusun
Bangkong itu dilakukan sejak awal Januari 2013 lalu tanpa pemberitahuan. “Pernah
dilakukan pertemuan antara pihak kampus dengan perwakilan warga Bangkong, untuk
mediasi. Pihak Unnes diwakili Pembantu Rektor 1. Hasilnya, mereka bilang warga
Bangkong bisa lewat. Mereka sempat janji akan membuatkan jalan alternatif. Tapi
sampai sekarang tidak ada realisasinya. Bahkan kami meragukan solusi
tersebut," tandasnya.
Hingga saat
ini, warga Dusun Bangkong yang terdiri dari 2 RT, kurang lebih berjumlah 150
Kepala Keluarga (KK) ini masih menahan sabar sambari mengelus dada. Tak jarang,
beberapa warga mengaku pernah bersitegang dengan satpam kampus yang menjaga
palang pintu tersebut. Penutupan itu dimulai dari pukul 07.00-04.00 setiap
hari.
“Ada
kebijakan pemberian stiker untuk warga Bangkong, yang sedianya ditempel di
motor masing-masing. Tapi itu tidak memberi solusi. Persoalannya tidak
segampang itu, karena para tamu yang akan ke Bangkong jelas tidak punya stiker.
Apalagi yang bawa mobil tidak bisa masuk. Kami senang jika Unnes maju, tapi mbok
yao Bangkong jangan dikucilkan," ujar Sukamto.
Sejumlah mahasiswa Unnes "mbalelo" melanggar program kampus konservasi |
Humas
Universitas Negeri Semarang (Unnes) Sucipto membantah atas penutupan jalur
tersebut. “Tidak pernah ada penutupan. Warga Bangkong masih bisa bebas
menikmati akses jalan tersebut. Hingga saat ini tidak ada komplain warga. Kami
memberikan stiker khusus untuk warga Bangkong, yang tidak punya stiker berarti
bukan warga Bangkong,” katanya. (G-15/LSP)
Pengalihan jalan bagi mahasiswa yang ingin menuju kampus FIK dan FT yang dialihkan melewati gang cempaka sari juga menimbulkan problem lain. Setiap hari kerja banyak mahasiswa yang melewati gang ini mengendarai kendaraanya dengan kecepatan tinngi, padahal sejatinya jalan yang mereka lewati adalah gang kampung. Perilaku mereka bisa menimbulkan bahaya bagi mereka sendiri serta menimbulkan rasa tidak nyaman bagi warga setempat.
BalasHapusUNNES sebaiknya mencari jalan lain untuk mengistimewakan mahasiswanya dan program universitasnya, sedangkan warga masyarkat yeng hendak ke Bangkong saja mengalami kesulitan.