Sutrisno Tewas Usai Dicegat Komplotan Mahasiswa Papua

Jenazah korban ditunggui anaknya Tinton (22) di rumah duka
SEMARANG- Seorang warga Talangsari II RT 01/RW 01 Bendan Duwur, Sampangan, Gajahmungkur, Slamet Sutrisno (60), tewas misterius, Kamis (24/1) malam. Sebelum tak bernyawa, Sutrisno dicegat gerombolan mahasiswa asal Papua di depan gang tak jauh dari rumah korban.

Informasi yang dihimpun, gerombolan mahasiswa tersebut dalam kondisi mabuk minuman keras. Mereka tinggal berkelompok dengan mengontrak rumah yang berjarak sekitar 50 meter dari rumah korban. Keberadaan kelompok mahasiswa berkulit hitam itu dikeluhkan warga, karena belakangan kerap membuat onar dan sering mencegat warga tanpa alasan jelas. Hal tersebut membuat warga resah.

Pencegatan oleh genk Papua itu terjadi sekitar pukul 19.00. Malam itu, Sutrisno bersama istrinya mengendarai mobil dari Jepara hendak pulang ke rumahnya. Namun sesampai di depan gang, terpaksa ia terhenti lantaran mulut gang dipenuhi sejumlah motor milik kelompok mahasiswa Papua tersebut.

Atas hal itu, korban meminta kepada kelompok Papua untuk memindahkan motor-motor itu ke pinggir jalan. Akan tetapi justru sejumlah mahasiswa Papua itu marah-marah dengan cara menggedor-gedor pintu mobil korban. Memaksa korban membuka pintu kaca mobil. Korban sempat keluar dari mobil hingga terjadi cek-cok mulut dengan kelompok mahasiswa Papua tersebut. Tak lama kemudian, salah seorang pelaku membuka mulut korban secara paksa. Korban dipaksa menelan "sesuatu" menyerupai pil. Belum diketahui, benda apa dan apakah memang tertelan di mulut korban atau tidak. 

Korban saat itu berusaha mengalah dan akhirnya memutarkan mobilnya untuk melintasi jalur lain. Akan tetapi sekelompok pemuda mabuk itu mengejarnya dengan berlari hingga depan rumah korban. Sutrisno bersama istri bergegas masuk rumah, namun tak lama kemudian ia kejang-kejang hingga pingsan. Korban mengembuskan nafas terakhir setelah dilarikan di RS Elisabeth oleh pihak keluarga dan warga sekitar. 

Anak korban Tinton Aryo Putro (22) mengatakan, ibunya adalah saksi mata dalam kejadian tersebut. "Kelompok pemuda Papua tersebut dalam kondisi mabuk. Kata ibu, mereka sempat bilang "Makan ini! Makan ini!", salah seorang pelaku sambil megang mulut bapak," kata Tinton.

Diduga, korban syok akibat perilaku kelompok mahasiswa Papua tersebut. Belum diketahui apakah "benda" yang dimasukkan ke mulut korban itu menyebabkan korban kejang-kejang hingga meninggal. Menurut Titon, korban tidak mempunyai sejarah penyakit jantung. "Selama ini, penyakit dalam yang diderita bapak (korban) adalah asma," katanya.

Seorang warga yang enggan disebut namanya mengatakan, Kelompok Papua itu kerap membuat onar. Mereka sering mabuk-mabukan dan tak jarang mengadang pengendara. Seminggu sebelumnya, korban juga sudah pernah dicegat oleh gerombolan mahasiswa Papua tersebut. "Mereka sering nongkrong dan memarkir sepeda motor di mulut gang. Sehingga membuat warga ketakutan," katanya.

Kapolrestabes Semarang Kombes Elan Subilan mengatakan, pihaknya telah melakukan penyelidikan. "Hingga pukul 23.00, kami masih menyimpulkan korban meninggal akibat pembunuhan. Namun setelah diselidiki hingga pukul 03.00, kami tidak menemukan adanya indikasi pembunuhan. Sejumlah mahasiswa Papua itu sudah kami periksa, tapi akhirnya dilepaskan." Katanya.

Hasil pemeriksaan sementara, korban meninggal akibat sakit "dalam". Pihak keluarga menyatakan telah menerima dan tidak berkenan korban diotopsi. "Masak kami memaksa untuk otopsi. Jika ditemukan bukti lain, kami siap menindaklanjuti," kata Elan. (Mughis/LSP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar