SEMARANG- Terbunuhnya wartawan kriminal dari Harian Metro Pos Manado Aryono Linggotu (26), memantik reaksi besar dari sejumlah wartawan di nusantara. Wartawan di Kota Semarang mengecam pelaku pembunuhan yang terjadi di Jalan Daan Mogot 4, Kelurahan Tikala Baru, Lingkungan II, Kecamatan Tikala, Manado pada Minggu (25/11) pagi itu.
“Kasus pembunuhan tersebut harus diusut tuntas. Hal ini adalah bukti aksi kekerasan pers masih sangat rentan terjadi di Indonesia,” tandas Didik S, Koordinator aksi, saat orasi di depan eks-videotron Jalan Pahlawan Semarang, Senin (26/11).
Dikatakannya, Meski kebebasan pers telah dijamin dengan UU No 40 Tahun 1999, namun kasus kekerasan terhadap jurnalis cenderung masih tinggi. "Oleh karena itu, banyak perusahaan media hanya berfikir bisnis semata. Manajemen media tidak memperhatikan keamanan wartawan saat menjalankan tugas peliputan dan resiko pemberitaan,” tegasnya.
Wartawan lain, Anton Sudibyo mengatakan, berdasarkan dara tim Jurnalis untuk Transformasi Edukasi dan Demokrasi (J-Trend) Semarang, kekerasan terhadap pers sejak tahun 2003 - 2012 cukup mencengangkan, yakni terjadi 468 kasus kekerasan. “Setiap tahunnya kurang lebih terjadi 47 kasus kekerasan menimpa wartawan. Terlebih ironis, rata-rata kasus tidak diselesakan hingga tuntas,” ujarnya.
Latar belakang aksi tindak kekerasan tersebut rata-rata akibat pemberitaan. Jurnalis cenderung dinilai menjadi pisau yang merobek bobroknya sistem pemerintahan. Oleh oknum tertentu, wartawan tak jarang mendapat ancaman, intimidasi hingga pembunuhan. “Banyak contoh kasus yang tidak dituntaskan. Misal saja kasus pembunuhan yang menimpa wartawan Bernas Jogja, Fuad Sarifuddin tahun 1996 silam. Hingga sekarang polisi tidak bisa mengungkapnya,” tandasnya.
Sebagaimana diketuhui, wartawan kriminal Koran Harian Metro Pos Aryono Linggotu (26), tewas ditikam oleh segerombolan remaja di Jalan Daan Mogot 4, Kelurahan Tikala Baru, Lingkungan II, Kecamatan Tikala Manado. Aryono menderita 14 tusukan akibat senjata tajam. Sejumlah saksi menyebut pelaku berjumlah delapan orang tak dikenal.
Ketua Aliansi Jurnalistik Independen (AJI), Eko Maryadi mengatakan, sekira pukul 04.30 WITA, korban sempat menerima telepon dari seseorang. Tak lama kemudian, korban keluar rumah dengan temannya Ego mengendarai sepeda motor. Di tengah jalan korban dikeroyok gerombolan pelaku hingga akhirnya tewas ditikam. Polisi berhasil menangkap seorang pelaku berinisial JK alias Jim (17), warga Kampung Merdeka Kelurahan Dendengan Dalam Kecamatan Tikala. Belum terungkap motif pembunuhan tersebut, pelaku hanya mengaku menikam korban dalam kondisi mabuk miras. (Mughis/LSP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar