Tergusur Tol, Desa Lemah Ireng Tak Tertolong
SEMARANG – Keprihatinan atas persoalan warga terkena proyek tol Semarang-Solo ruas Ungaran-Bawen di Desa Lemah Ireng Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang datang dari kalangan akademisi. Pakar Transportasi Unika Soegipranata Semarang Joko Setyowarno mengakui sangat sulit untuk mengubah perencanaan jalur tol, seandainya tidak melewati Desa Lemah Ireng.
"Dari pengamatan saya, memang jalurnya harus melewati (Desa Lemah Ireng) itu. Kalau harus dirubah jalurnya sangat sulit. Karena, jalan tol itu punya aturan teknis sehingga akan merepotkan jika ada perubahan, disamping anggarannya juga luar biasa besarnya," jelasnya, Selasa (30/10).
Ia juga mengatakan seharusnya Pemprov Jateng tidak 'ikut-ikutan' berkeras hati dalam penetapan kebijakan. Pasalnya, warga setempat hanya mengkhawatirkan soal mata pencaharian mereka yang bakal hilang akibat proyek tol tersebut.
"Win-win solution lah. Mereka itu nggak menolak tapi harganya (tanah) disesuaikan saja. Tak ada salahnya pemprov menuruti keinginan Warga Lemah Ireng. Lagian, gubernur juga nggak memberikan jaminan sosial kehidupan selanjutnya terhadap warga," ujarnya.
Dikatakannya pula, "terlebih program gubernur Bali Ndeso Mbangun Deso yang menginginkan masyarakat desa menjadi sejahtera, bukannya tambah melarat. Jangan-jangan, itu hanya jargon untuk mengibuli masyarakat desa saja."
Terpisah, pendapat berbeda dikatakan oleh Gubernur Jateng Bibit Waluyo. Ia tetap meminta Warga Lemah Ireng untuk tidak melakukan aksi unjuk rasa berkepanjangan yang menolak pembangunan ruas tol Ungaran-Bawen. Karena, menurut Bibit, jalan tol itu untuk kepentingan masyarakat seluruh Jateng dan, bahkan, masyarakar Indonesia.
"Jangan begitulah (melakukan aksi unjuk rasa). Sekali lagi kepada wargaku Lemah Ireng agar tidak usah pakai ancam-mengancam," kata Bibit, seusai memberikan penghargaan kepada donor darah sukarela (DDS) yang ke-50 kali dan 75 kali di Gedung Ghradika Bhakti Praja Jalan Pahlawan Semarang, kemarin.
Soal ganti rugi tanah, lanjut dia, tim appraisal (penaksir harga) sudah menetapkan harga yang tinggi. Bahkan, menurut dia, harga itu merupakan harga terbaik sehingga tidak akan merugikan warga setempat.
"Istilahnya, tidak ganti rugi lagi tapi sudah ganti untung," tegasnya.
Ditambahkannya, "kita itu kan hidup bersosial. Jangan maunya kita sendiri. Ya memang itu hak mereka tapi saya berharap untuk mau menerimanya. Tolonglah, apa yang kita lakukan itu untuk Jateng."(Novian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar