Ilustrasi |
"Ibu hendak menjual rumah yang berada di daerah Ungaran, Kabupaten Semarang. Karena rumah itu memang sudah lama tidak dihuni. Lalu kami memasang papan di depan rumah tersebut yang berisi informasi bahwa rumah tersebut dijual," kata putri korban, Kuwandha Tias Asmoro (27) saat mendampingi melapor di Mapolrestabes Semarang, Selasa (18/9).
Tias menjelaskan, diduga pelaku datang setelah membaca informasi terkait penjualan rumah yang tertera di papan iklan. "Papan yang kami pasang di depan rumah itu mencantumkan nomor telepon ibu. Maksud kami, misal ada yang minat biar langsung menelepon," ujar warga Jalan Menoreh Raya, Sampangan, Gajahmungkur itu.
Hingga akhirnya pada Senin (17/9), sekitar pukul 17.00, lanjut Tias, ibunya menerima telepon dari seorang pria. "Pria itu mengaku seorang Dokter bernama Sutanto alias Pak Tanto. Ia mengaku berminat membeli rumah tersebut," ujar Tias.
Setelah beberapa saat berbincang melalui telepon, terjadilah tawar menawar harga. Akhirnya kedua belah pihak menyepakati rumah tersebut dengan harga Rp 710 juta. "Tanta saat itu berjanji akan mengirimkan uang Rp 45 juta melalui rekening bank sebagai tanda jadi," katanya.
Usai perbincangan itu, lanjut Tias, ibunya dimintai pergi ke ATM malam itu juga. "Saya ikut menemani ibu di ATM BNI di sebelah SPBU Sampangan, saya membantu ibu mengecek rekening sang ibu di mesin ATM. Saya melihat saldo di rekening tabungan belum bertambah," katanya.
Setelah itu, ia menelpon Tanto untuk meminta penjelasan. Saat itu, Tanto mengatakan ada masalah teknis dengan rekening Sriati. Tanto lantas meminta Tias untuk mengganti rekening tabungan yang masih terdapat saldo uangnya. "Saya akhirnya menuruti permintaannya dengan menggunakan ATM milik saya. Pelaku sempat memandu melalui telepon dan meminta saya untuk memencet sejumlah tombol di mesin ATM. Sesaat kemudian, saat rekening tabungan saya cek, ternyata juga tidak bertambah," ujarnya.
Pelaku kembali meminta Tias untuk mengganti rekening tabungan dengan ATM yang lain agar proses transfer uang berhasil. "Saya akhirnya pulang ke rumah untuk mengambil kartu ATM lainnya. Sembari menyetir, pelaku masih menelepon," katanya.
Dalam perjalanan pulang itu, Tias kaget saat menerima SMS pemberitahuan dari BNK. Isinya telah terjadi transaksi berupa transfer uang dari rekeningnya sebesar Rp 6,9 juta. "Saat itu saya sudah curiga," katanya.
Meski demikian, Tias tetap saja mengambil kartu ATM Bank BRI miliknya lalu bergegas ke ATM Bank BRI di dekat kantor PDAM Sampangan. "Saya sempat mengambil tunai tabungan saya sebesar Rp 5 juta. Tujuannya bila benar ini penipuan, tabungan tidak habis,"
Tias kemudian kembali memasukkan kartu ATM-nya ke dalam mesin bermaksuh melihat saldo. "Saya sangat kaget, ternyata saldo tabungan saya telah berkurang sebanyak Rp 3,7 juta," kata Tias tak percaya. (Mughis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar