Anggota Dishub Dikejar-kejar Puluhan Sopir

Anggota Dishub Dikejar-kejar Puluhan Sopir

SEMARANG- sedikitnya 6 oknum anggota Dinas Perhubungan Kota Semarang, dikejar-kejar oleh puluhan sopir taksi Atlas Semarang, Sabtu (21/7) dinihari.

Diduga, petugas Dishub tersebut ketakutan menjadi korban amuk massa oleh puluhan sopir taksi, sehingga akhirnya mereka masuk di Markas Polrestabes Semarang untuk mencari perlindungan.

Informasi yang dihimpun, sebelumnya, para sopir tersebut merasa menjadi korban arogansi oknum petugas Dishub yang melakukan penilangan dan dinilai tak beretika serta arogan.

Di antaranya menggebrak pintu mobil, marah-marah, mengucapkan kata-kata tak layak, mengambil kunci mobil tanpa sepengetahuan sopir, menyita surat-surat kendaraan STNK, SIM dan mencopot pelat mobil.

Bahkan sejumlah saksi mengaku mencium bau alkohol dari mulut sejumlah oknum Dishub (berjumlah 6 orang) yang melakukan penilangan tanpa alasan yang jelas itu.

Korban Rusdiyanto (57) mengatakan, kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 01.00. Saat itu, sejumlah sopir taksi Atlas sedang mangkal di Jalan Siliwangi Semarang atau tepatnya di depan makam pahlawan Kerkov Kalibanteng.

"Kunci mobil diambil tanpa sepengetahuan saya. Saat itu mobil sedang saya tinggal makan," ujar sopir taksi Atlas H 1308 CA warga Mintojiwo V No 21 Semarang ditemui di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Semarang.

Tentu saja hal tersebut membuat Rusdiyanto kaget dan tak habis pikir. Mengapa petugas Dishub tersebut bersikap semena-mena dan arogan seperti itu.

"Saya protes. 'Maaf Pak, Anda tidak bisa main ambil kunci sembarangan. Mobil ini tanggungjawab saya. Kalau mau nilang nunggu sopirnya dong! Saya ini kerja dan punya tanggungan setoran'," ungkap Rusdiyanto menceritakan saat berhadapan dengan petugas tersebut.

Namun petugas Dishub itu malah marah-marah. Bahkan mengatakan "Justru kamu harusnya setoran sama saya!" ujar Rusdiyanto menirukan petugas Dishub yang bernama Dodi F.

Hal serupa juga menimpa sopir taksi Atlas H 1329 CA, Slamet Supriyanto (37), warga Borobudur Timur RT 07/RW 09 Kembangarum, Semarang, di lokasi yang sama. "Karena memang sedang sepi, saya tertidur di kursi pengemudi. Saya kaget, pintu mobil saya digedor-gedor oleh petugas tersebut. Begitu saya buka, dia langsung minta surat kelengkapan," katanya.

Menurut Slamet, petugas Dishub tersebut berjumlah 6 orang. Mereka membawa dua mobil bertulis Dishub. Satu di antaranya bernopol H 9502 DS. "Gaya bahasanya kayak preman, kasar. Kunci mobil saya langsung diambil paksa, pelat nomor dicopot," katanya.

Saksi mata, Kani (55), seorang timer resmi Taksi Atlas Semarang sempat melerai dan memberi saran kepada petugas arogan tersebut. "Saya sempat memeringatkan, mohon kalau nilang itu ada aturan dan ada etikanya. Tidak bertindak semena-mena seperti ini. Alasannya trayek mati, kir mati dan pemeriksaan kartu pengawas," ungkap Kani.

Tentu saja kejadian itu memantik berang seluruh sopir Taksi Atlas se-Semarang. Bahkan malam itu juga, sejumlah sopir taksi langsung berdatangan ke lokasi kejadian atas dasar solidaritas sesama sopir. "Sempat terjadi cek-cok mulut hingga nyaris bentrok fisik. Kepala petugas tersebut sudah dijedukkan ke kepala salah satu sopir yang sama-sama ngotot," imbuhnya.

Namun karena saking banyaknya sopir taksi yang datang, petugas tersebut buru-buru pergi. Ternyata, puluhan, bahkan seratus lebih, dari paguyuban sopir taksi tersebut tak menerima hal itu. Para sopir tersebut terus mengejar petugas Dishub. Aksi tegang terjadi saat terlibat aksi kejar-kejaran dari Kalibanteng menuju ke arah Kota.
Rupanya, petugas Dishub tersebut gentar. Mereka berusaha menyelamatkan diri dari amukan massa atau para sopir taksi. Hal itulah kemudian membuat petugas Dishub tersebut memutuskan masuk ke markas Polrestabes.

Pengurus Paguyuban Taksi Altas Semarang, Rismanoto mengatakan bila mereka datang baik-baik, sebenarnya tidak masalah. "Kami tidak mempermasalahkan operasi dan kedatangannya. Namun bertindak semena-mena itu yang tidak baik," katanya.

Sekitar 2 jam, dimediatori oleh petugas kepolisian Polrestabes, akhirnya perseteruan tersebut bisa diselesaikan secara kekeluargaan di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes. Ratusan taksi Atlas terlihat memarkir mobil di sepanjang Jalan Dr Sutomo sembari menunggu hasil keputusan mediasi. (G-15)



Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar