Tapal Batas Majapahit-Pajajaran Jadi Tempat Mesum
SEMARANG- Hanya sekedar mengingatkan, situs peninggalan sejarah bernama Watu Candi Tugu, Semarang, kian usang dan terasing saja. Tentu, hal itu sangat memprihatinkan jika melihat keberadaan batu yang membisu di bukit kecil di Kelurahan Tugurejo tersebut dulu bekas tapal batas antara Kerajaan Majapahit dan Pajajaran.
Ironis memang, jika kini kondisinya penuh dengan coretan-coretan yang tidak jelas apa maksudnya. Terlihat pula rimbunannya rerumputan berikut sampah-sampah di sekelilingnya. Terlebih merana lagi kala warga sekitar mengenal dan menjuluki tempat tersebut sebagai tempat mesum. Wah.
Seharusnya, mengenai situs sejarah ini, tidak ada alasan untuk tidak merawatnya. Berlaku untuk siapa saja, terutama pemerintah. Keberadaannya nyaris lepas dari pandangan masyarakat Kota Semarang secara umum. Kurangnya perhatian baik dari kalangan seniman, budayawan, arkeolog dan pemerintah, menjadikan situs Watu Tugu ini kian tenggelam di tengah aktivitas globalisasi.
Juru kunci Watu Candi Tugu Sumarto mengatakan sudah sering melaporkan kondisi tersebut ke pihak kelurahan. “Beberapa kali saya sudah mengusulkan ke pihak kelurahan terkait biaya perawatan tempat ini. Namun tanggapannya nihil mas,” katanya pria yang tinggal di kampung Tugu RT 07/RW 01 Kelurahan Tugurejo, saat ditemui LawangSewu Post, belum lama ini.
Sumarto mengaku, ia tidak sepenuhnya bisa memantau tempat bersejarah tersebut selama 24 jam penuh setiap harinya. Apalagi tidak adanya penerangan membuat suasana gelap saat malam tiba. Tak ayal, kondisi sunyi itu bertahun-tahun dimanfaatkan oleh pasangan muda-mudi untuk mojok.
Tak jarang, mereka juga melakukan hal-hal yang tidak bertanggungjawab. Mereka pun lantas melakukan aksi corat-coret semaunya. ”Saya juga pernah mengajukan pengadaan lampu dan meminta mesin pemotong rumput kepada pihak kelurahan, tapi tidak dikasih,” tambahnya.
Pemilik warung kopi di sekitar lokasi Candi Tugu membenarkan kondisi terkait seringnya digunakan tempat mesum. “Wah, sering banget mas. Mungkin karena kondisinya gelap dan sepi, sehingga hal itu dianggap aman dari grebekan warga, “ tutur wanita yang enggan namanya disebut.
Kondisi itu mengingatkan bahwa kesadaran masyarakat masih minim, meskipun sekedar merawat ataupun "menghidupkan" benda peninggalan sejarah. Sebuah buku berjudul The History of Java menyebut bahwa situs Watu Tugu ini sebagai tapal batas Kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Konon, situs ini juga pernah dikunjungi Thomas Stamford Raffles. Situs Watu Candi Tugu tersebut sezaman dengan Candi Prambanan. Artinya, Watu Candi Tugu merupakan situs tertua di Semarang dan pernah mendapat perhatian dari Gubernur Jenderal Inggris pada tahun 1800-an. (gis)