Pesan Soto, Terjatuh dan Tewas Seketika
SEMARANG- Kematian memang sesuatu yang misterius dan tidak bisa ditebak kapan dan di mana bakal terjadi. Belum tentu yang sakit kemudian meninggal, bahkan yang sehat pun bisa saja bertemu ajal.
Seperti yang menimpa Kho Kiem Soei (58), warga Jalan Gutitan No 86 RT 03/RW 02 Sarirejo, Semarang Timur. Ia bermaksud makan siang di warung pecel “Mbak Tutik” di Jalan MT Haryono No 367 Semarang, Minggu (24/6). Ia sedang memesan soto, tak lama kemudian ia berdiri dan terjatuh. Naasnya, ia tewas seketika.
Informasi yang dihimpun di lokasi kejadian, peristiwa mengejutkan itu terjadi sekira pukul 12.00. Saat itu, Kho Kiem Soei datang ke warung makan Mbak Tutik dengan jalan kaki. “Dia langsung tanya, ‘masak soto nggak?’ dan karena saya memang tidak masak soto, kemudian saya jawab ‘tidak’,” ujar saksi mata, Tutik Setiowati (33), penjual pecel di lokasi kejadian.
Tanpa dipesan, Tutik pun kemudian membuatkan es teh. “Dia memang kesukaannya es teh, jadi kalo ke sini langsung saya buatkan es teh,” katanya. Sembari menyerahkan segelas es teh, Tutik berusaha menjelaskan kenapa tidak membuat soto.
Tak lama kemudian, pria beranak dua tersebut menelepon seseorang sambil berdiri, tak jauh dari meja warung. Namun entah kenapa, saat menelepon tersebut tiba-tiba terjatuh dengan sendirinya. Tubuh korban pun terkapar di samping utara warung atau tepatnya di teras konter HP “Dicky Cell” Jalan MT Haryono No 367.
Terlebih mengagetkan lagi, saat warga sekitar hendak menolongnya, ternyata Kho Kiem Soei sudah tewas seketika. Tentu saja kejadian tersebut menggemparkan warga sekitar. “Saya bergegas menelepon Mustiono (53), karena dia tetangganya. Maksud saya agar ia mengabarkan kejadian tersebut kepada keluarga kosrban. Mustiono saat itu langsung menuju rumah korban,” kata Tutik.
Namun sangat tidak terduga kedatangan Mustiono disambut dingin oleh keluarga korban. “Saat saya kabari bila Kho Kiem meninggal, bahkan istri korban sempat bilang ‘mati yo ben mati ae, guwak laut’!” timpal Mustiono menirukan komentar istri korban.
Mustiono mengaku tak percaya dan prihatin mendengar kalimat itu. Pasalnya, istri dan dua anaknya tidak segera menuju ke lokasi kejadian. Hingga akhirnya Mustiono bersama warga yang lain melaporkan ke polisi. Tak lama kemudian, tim tim identifikasi dari Polrestabes datang ke lokasi kejadian.
Keponakan korban, Kuncoro (45), yang berada di lokasi kejadian mengakui bila korban sedang ada masalah keluarga. Namun masalahannya apa, ia tidak begitu mengetahui. “Tapi perubahan itu terlihat semenjak usai menikahkan salah satu anaknya. Entah keluarganya yang lain tidak menyetujui atau bagaimana saya kurang tau, tapi yang jelas, anak-anak dan istrinya tidak mau merawatnya,” katanya.
“Beberapa hari lalu sempat ngobrol sama saya. Bahkan sempat berpesan jika ia meninggal, jasadnya surut dikremasi dan dibakar tidak apa-apa. Saya sempeat menawari kalau mau tinggal bersama keluarga saya saja. Tapi dia tidak mau,” papar pria yang tinggal di Jalan Tirtoyoso Batas No 93 Semarang Timur. (abm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar