Puluhan Calon Dokter Hasil Manipulasi

Puluhan Calon Dokter Hasil Manipulasi

SEMARANG- Ditengarai ada puluhan calon dokter atas hasil manipulasi yang dilakukan oleh Dwi Hartono alias Fery. Pasalnya, ia telah mengakui keterlibatannya dalam kasus manipulasi nilai raport yang terjadi di Fakultas Kedokteran Unissula sejak tahun 2006.


Fery sendiri mengaku tidak ingat berapa jumlah mahasiswa yang pernah masuk ke Fakultas Kedokteran Unissula melalui jasanya. Namun hingga saat ini, tim penyidik Polrestabes baru memastikan ada 4 mahasiswa yang “digarap” Fery. “Saya tidak ingat, diperkirakan puluhan,” kata Fery saat gelar perkara di Mapolrestabes, Senin (28/5) siang.

Dalam kasus tersebut, Fery mengaku hanya berperan sebagai perantara. Namun ia bungkam saat ditanya perantara antara siapa dengan siapa. Fery hanya menyebut sebuah nama rekanan yang bernama Rizal (juga mahasiswa setempat). “Saya hanya membantu saja, semua yang ngurusi adalah Rizal,” kata mahasiswa kedokteran angkatan angkatan 2004 itu.

Diperoleh keterangan, Fery cs ini melabeli sindikatnya dengan kedok sebagai lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel). Mereka kemudian menyebar-luaskan melalui brosur bertulis “Smart Solution” The Best Solution For Your Future- Bimbel Dari Jogja-Semarang. Di brosur juga tertulis “garansi 100% diterima! Bayar setelah lolos tes”.

Berdasarkan brosur berwarna hijau tersebut, sindikat Fery ini juga “menggarap” kampus-kampus di universitas favorit lain, se-Jawa. Di antaranya Jogja, Semarang, Jabar, Jatim dan Jakarta. Fakultas yang ditawarkan antara lain Kedokteran, Kebidanan, Farmasi dan Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN).

Sedangkan tarifnya bermacam-macam, Para calon dokter tersebut dikenai tarif antara Rp 100 hingga Rp 500 juta. Besaran tarif tersebut disesuaikan dengan tingkat kesulitan masing-masing calon mahasiswa. Misal, merubah nilai raport SMA dari IPS ke IPA tentu saja tarifnya berbeda dengan calon yang sudah memunyai persyaratan administratif atau jurusannya telah sesuai.

Kapolrestabes Kombes Elan Subilan mengatakan, Fery cs ini juga mempunyai stempel instansi mana saja yang ia butuhkan. “Dia memperoleh stempel (asli) dengan cara berkunjung ke instansi itu. Setelah mendapat gambar stempel melalui kertas atau surat yang ia bawa, kemudian mereka tinggal memesankan stempel,” terang Kapolrestabes.

Jam Tangan Multifungsi

Fery cs juga membekali para calon mahasiswa saat mengikuti tes seleksi di Fakultas Kedokteran dengan mengenakan jam tangan multifungsi. “Melalui jam tangan yang berisi kartu ponsel dan berfungsi bisa menelepon dan SMS tersebut, para peserta tes bisa mendapatkan kunci jawaban yang dikirimkan oleh seorang Joki (kawanan pelaku),” ungkap Elan Subilan.

Joki tersebut telah mengetahui kunci jawaban tentang soal tes peneriamaan mahasiswa baru tersebut. Kapolrestabes mengakui, para pelaku ini termasuk orang-orang yang cerdas dan pintar, namun disalahgunakan. “Hingga saat ini, penyelidikan terus berlangsung. Sedikitnya, telah 21 saksi diperiksa, 3 di antaranya belum hadir(termasuk rektor),” ujar Elan didampingi Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, AKBP Augustinus Pangaribuan.

“Pastinya, tersangka Fery ini jelas tidak bekerja sendiri lah. Ada siklus yang hingga saat ini masih kami selidiki,” tambah Kasat Reskrim. (abm)