Pildacil Fiktif Tipu Peserta Se-Jateng
Polisi Tolak Laporan Korban
SEMARANG- Lomba audisi "Pemilihan Da'i Cilik 3" (Pildacil) yang diselenggarakan koran bulanan "Muslim Pos", beralamat di Jalan Taman Kelud Selatan No 5 Sampangan Semarang, diduga fiktif. Padahal lomba tersebut melibatkan siswa TK/SD/MI se-Jateng. Tidak tanggung-tanggung, lomba tersebut juga mencatut nama Kementrian Agama RI, Suara Merdeka, Baiturrahman dan memperebutkan tropi Gubernur Jateng.
Meski belum diketahui jumlah secara pasti, namun diperkirakan mencapai ratusan korban tertipu acara ini. Pasalnya penyelenggaraan audisi tersebar di sejumlah lokasi di Jateng. Di antaranya Semarang, Salatiga, Temanggung, Kendal, Kudus, Demak dan lain-lain.
Lomba fiktif tersebut mencuat setelah salah satu orang tua korban Ali Ma'ruf (34), warga Tugurejo RT 03/RW 04 Tugu berusaha melaporkannya di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes, Jumat (11/5) sekitar pukul 10.00. Sayangnya, aduan Ma'ruf tersebut Justru ditolak polisi yang bertugas di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes.
"Terus terang saya kecewa. Kenapa petugas yang bernama Pak Wagiran tersebut menolak laporan. Beliaunya beralasan, dalam kasus ini tersangka atau pelakunya tidak jelas. Sehingga kasus ini tidak bisa diproses. Lho, saya ini ke kantor polisi melapor jadi korban. Menunjukkan modus penipuan yang merugikan masyarakat luas. Ada bukti, saksi dan saya sendiri salah satu korbannya, tapi mengapa ditolak?" keluh Ali kepada wartawan di halaman Mapolrestabes, kemarin.
Pria yang juga guru di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Permata Hati Ngaliyan ini mengatakan, secara materi, dia tidak terlalu memikirkan. Akan tetapi penipuan ini telah melukai dunia pendidikan dan masyarakat secara luas. "Hal ini menyebabkan beban mental bagi anak yang akan dilombakan. Bayangkan saja, anak saya sudah mempersiapkan sejak sebulan sebelumnya," ujarnya.
Dijelaskan oleh Ali, ia mendaftarkan anaknya Fikrie Zaka Fuadi Ali (7), siswa kelas 1 MI Nurul Islam Ringinwok Ngaliyan, untuk mengikuti lomba itu 4 April 2012 di kantor koran "Muslim Pos" di Jalan Taman Kelud Selatan No 5 Sampangan Semarang. "Saya diterima dua orang karyawan. Satu laki-laki memakai peci hitam, satu lagi perempuan berjilbab. Dan pendaftaran dilayani perempuan berjilbab. Saya membayar pendaftaran Rp 100 ribu ,tidak ada fasilitas apa-apa," ungkapnya.
Kecurigaan muncul Kamis (10/5). Saat itu Ali bermaksud mengkonfirmasi kejelasan prosedur lomba tersebut di kantor Jalan Kelud Selatan No 5. Namun betapa kagetnya, kantor terlihat tutup. Kondisinya sepi dan tidak ada kegiatan. "Saya hanya bertemu dengan seorang office boy setempat, ia menjelaskan baru-baru ini, status kantor tersebut menyewa sejak 7 bulan lalu. Diduga, mereka telah kabur," katanya.
Atas hal itu, Ali berusaha menghubungi nomor pelaku yang tercantum di koran "Muslim Pos". Namun semua nomor yang tertera tidak aktif. "Saya mengecek ke Yayasan Baiturrahman, yang di situ tertera diajak kerja sama. Ternyata pihak Baiturrahman, Wawan, menjawab tidak ada program lomba tersebut," katanya.
Bahkan Staf Tata Usaha Baiturrahman tersebut mengaku juga menjadi korban. Dia juga mendaftarkan dua keponakannya. "Saya tertarik mengikuti lomba ini, karena sekolah kami dikirimi koran gratis sebanyak 20 eksemplar. Di halaman terakhir koran itu menampilkan publikasi lomba tersebut," katanya.
Sesuai rencana dalam pengumuman, tertulis audisi di Kota Semarang dilaksanakan 4 Mei, namun karena alasan bersamaan Ujian Nasional, panitia mengundur pelaksanaan 11 Mei, semi final 12 Mei (hari ini) dan final 13 Mei 2012. Hal itu disampaikan panitia, saat korban melakukan pendaftaran. (abm)