Manipulasi Nilai Mahasiswa Kedokteran Unissula
SEMARANG- Kepolisian Polrestabes Semarang menyatakan tidak mudah mengurai kasus manipulasi nilai yang terjadi di Fakultas Kedokteran Unissula. Kendati demikian Kapolrestabes Kombes Elan Subilan tetap yakin mampu mengungkap kasus tersebut. Selain telah memeriksa sedikitnya 6 saksi, kepolisian juga melibatkan tim ahli.
“Tidak gampang, kami butuh proses. Hingga saat ini, kami masih mendalami sistem yang digunakan, tidak bisa ujug-ujug tiba dari langit. Pasti ada sistem dan urut-urutannya, ada kelompoknya. Semua orang yang berkaitan akan kami panggil, baik orang dalam maupun orang luar (Unissula-red),” katanya kepada wartawan, belum lama ini.
Menurut Kapolrestabes, dalam kasus ini sangat dimungkinkan dari dua lini, eksternal dan internal. “Eksternal yang memberi informasi, sementara internal yang, menggarap. Hal itu tidak mungkin tiba-tiba terjadi, pasti ada tahapan-tahapan sehingga mereka bisa ikut sebagai mahasiswa di universitas tersebut. Terlebih, itu fakultas bagus, di mana diterima di fakultas kedokteran tentu tidak mudah,” katanya.
Dikatakan Elan, kepolisian juga menyelidiki hingga ke beberapa daerah , yakni Klaten, Sleman dan Magelang untuk menelusuri kasus ini lebih lanjut. “Kami juga perlu mengetahui saudara FR merayunya bagaimana, siapa saja yang dirayu, termasuk kerjasama dengan orang dalam bagaimana. Karena FR pernah mahasiswa di situ,” tambah Elan.
Jika sekiranya nanti bukti-bukti pendukung telah menyatakan siapa yang kena imbas dari kasus itu tentu akan dipanggil. Namun, lajut Elan, kasus ini berbeda dengan kasus-kasus pidana lain, yang apabila ada saksi, ada bukti, korban, pelaku bisa langsung naik. Akan tetapi kasus ini cukup pelik, sehingga harus membutuhkan tahap uji.
Maka dari itu, kepolisian melibatkan tim ahli. Elan menerangkan, penyelidikan dan penyidikan dalam kasus ini menggunakan uji saintific identification. Penyidikannya berbasis modern dengan memadukan sample satu dengan sample yang lain. “Kita membutuhkan pernyataan tim ahli dan pernyataan itu bisa dipertanggungjawabkan sebagaimana hukum yang berlaku. Jadi kami tidak gegabah, biar lama, tapi perkara terus jalan, sampai kena,” cetus Elan.
Meski termasuk sulit, tapi Elan yakin masih bisa. “Sulit itu bukan berarti tidak dapat, karena memang ada proses pentahapannya. Ini bedanya saintific identification dengan kasus pidana lain,” terangnya.
Selain membuat tim khusus, kepolisian juga akan mendatangkan saksi ahli dari Dinas Pendidikan untuk membantu mengungkap kasus ini. " Hal itu guna mengetahui apakah ijazah tersebut asli atau dokumen lain. Misalnya untuk mengecek tanda tangan, stempel, dan lainnya,"
Dikatakan Kapolrestabes, baik mahasiswa maupun oknum pegawai yang terbukti memalsukan dokumen, bisa jadi tersangka. “Siapa saja yang terlibat dalam kasus pemalsuan dokumen akan kami periksa," kata Kapolrestabes.
Sebagaimana diketahui, diduga, ada sekitar 5 mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisulla melakukan tindak kejahatan dengan cara memalsukan nilai. Sehingga atas hal itu, Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unissula, Taufiqurrachman (57), terpaksa harus melaporkannya di Mapolrestabes. Terlapornya adalah seorang mahasiswa kedokteran angkatan 2004 bernama Dwi Hartono alias Ferry.
Ferry sendiri diduga berperan sebagai orang yang memanipulasi nilai sebanyak 5 calon mahasiswa-mahasiswi agar lolos masuk dan diterima di Fakultas Kedokteran Unissula. Kelima mahasiswa-mahasiswi yang nilainya dimanipulasi tersebut masing-masing; Hery Abdul Hakim; Ana Sofiana; Urfia Hukmy; Rizqi Lina Septiana serta Ari Arifinanto. Kasus dugaan manipulasi nilai tersebut terbongkar pada tanggal 20 Maret 2012 lalu. Terciumnya kasus pemalsuan nilai tersebut bermula saat diketahui bahwa kelima mahasiswa tersebut di setiap mata kuliah mempunyai catatan prestasi buruk dan dibawah standar
"Satu dari lima mahasiswa itu justru mengaku dari jurusan IPS dan itupun didapatkan dari paket C. Namun karena ingin masuk fakultas kedokteran dia membayar terlapor untuk memanipulasi dan menjadikan nilai IPA agar bisa diterima," kata Dekan
Kedokteran saat melapor di Mapolrestabes, Senin (23/4) lalu.
Lima mahasiswa tersebut diduga membayar sejumlah uang kepada Ferry untuk memanipulasi nilai raport SMA itu. Manipulasi nilai tersebut menyebabkan kelima orang itu kemudian berhasil lolos dan diterima di Fakultas Kedokteran Unissula. Atas hal itu, pihak Fakultas Ilmu Kedokteran Unissula merasa para mahasiswa tersebut telah mencoreng nama baik maupun kredibilitas kampus tersebut. (abm)