Mulai Uji Nyali, Taruhan Hingga Kriminalitas
FENOMENA geng motor yang kerap beruji nyali dengan balap liar di Kota Semarang makin liar saja. Barangkali ini merupakan bukti bila kenakalan remaja di Kota Semarang belum tergarap secara maksimal. Pasalnya, permainan berbahaya yang siap merenggut nyawa siapa saja ini gampang dijumpai di sejumlah titik di Kota Semarang. Bahkan belakangan tindakan geng motor telah merambah tindakan kriminalitas yang meresahkan masyarakat.
Terakhir, sekitar 50 anggota geng motor mengamuk di Hotel Dafam Jalan Imam Bonjol Nomor 188 Semarang, Minggu, sekitar pukul 03.30. Geng motor tersebut merampas dua motor dan membacok satu korban. Selain itu juga merusak beberapa bagian di Hotel Dafam.
Berdasarkan pantauan dan investigasi LawangSewu Post, fenomena balap liar atau belakangan disebut geng motor sebenarnya telah berlangsung lama. Gampang ditemui, terutama malam Sabtu dan malam Minggu. Meski grebekan polisi gencar dilakukan, namun tampaknya tidak membuat "raja jalanan" ini ciut nyali.
Titik-titik rawan trek-trekan, di antaranya di Jalan Pahlawan, Jalan Raya depan Ada Bulu, Jalan Dr Cipto, Jalan Majapahit depan Makro, Jalan Arteri Soekarno Hatta, Kawasan Industri Candi Krapyak, dan Jalan KTI Karpet Tugu. Ironisnya, rata-rata pelaku balap liar didominasi oleh kalangan remaja dan pelajar.
Tidak Profesional
Pebalap liar rata-rata didominasi pelajar Sekolah Menengah Umum (SMU), bahkan tidak jarang pula ada yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sedikitnya ada dua latarbelakang yang memotivasi para pelajar tersebut. Pertama, mereka tergiur uang (taruhan), kedua, sekedar melampiaskan hoby.
"Motivasi saya mencari uang, maka balap liar harus ada taruhan," ujar HYN (20), warga Ngaliyan yang mengaku 4 tahun menjadi Joki dalam aksi balap liar.
Mengapa tidak terjun di arena balap resmi? HYN mengatakan bahwa penyelenggaraan balap resmi di Kota Semarang tidak profesional. Selain biayanya mahal, prosedurnya juga bertele-tele.
Terlebih, hadiahnya juga sama sekali tidak berimbang dengan biaya perawatan motor balap. "Bayangkan saja, balap resmi jika menang hanya mendapat hadiah Rp 2 juta, padahal biaya perawatan motor balap bisa mencapai Rp 15 juta. Makanya mereka lebih memilih berkelompok dan menggelar arena balap liar," kata HYN.
Selain adannya taruhan uang yang menggiurkan, perhelatan balap liar juga sebagai media uji nyali. Barangkali itu hanya satu dari sekian sebab mengapa para remaja memilih balap liar dan berkelompok membentuk geng motor. Kisaran taruhan bermacam-macam, mulai dari Rp 1 juta sampai 3 jutaan, hingga kelas 30-50 jutaan. Taruhan kelas standar, biasanya dilakukan secara spontanitas, yakni bertemu di jalanan langsung tanding.
"Ada pula yang menggunakan istilah porskot (uang muka), jika porskot 100 ribu, maka taruhannya 1 juta. Jika porskotnya Rp 200 ribu, maka main taruhannya Rp 2 juta," katanya.
Lebih rinci dijelaskan HYN, uang taruhan dipotong 20 persen. Pembagiannya, 10 persen untuk bengkel dan 10 persen untuk driver atau joki. Selebihnya untuk pemilik motor. "Di Semarang tidak ada EO (Event Organizer) yang memediai balap liar, juga tidak ada bandar. Hanya saja, balap liar rata-rata berbasis dari bengkel," ungkapnya.
Meski taruhan hanya berkisar Rp 1-3 jutaan. Namun masih ada taruhan pinggiran. Joki jika menang bisa mendapat bagian dari "tumpukan" luar itu. "Bahkan dari taruhan pinggiran itu, joki bisa mendapat hingga Rp 3-5 jutaan sekali tarung. Taruhan pinggiran itu pemasangnya adalah penonton," tambah HYN.
Sementara kategori pertarungan meliputi; tanpa menyalakan lampu dan menyalakan lampu. Jarak tempuh biasanya sekitar 250-300 meter. Lebih lanjut dijelaskan HYN, kapasitas motor, dalam drag liar yang dibutuhkan bukan jenis motornya, akan tetapi tinggi CC-nya. Maka bisa jadi, Kawasaki Ninja bisa melawan Yamaha Mio. "Istilah yang sering digunakan bur up atau dinaikkan CC-nya, yakni dari 100 CC dinaikkan menjadi 125, 160, 200, hingga 250 CC. Jika melampaui itu, istilah yang sering digunakan adalah 'bebasan'. Yakni CC-nya dirahasiakan," imbuh HYN.
Di Semarang sendiri, ada beberapa bengkel terkenal yang menggarap motor balap dan menjadi basis balap liar. Di antaranya bengkel di daerah Tlogosari, bengkel Pasadena, Kedungmundu dan Ngaliyan. Nama bengkel juga menjadi pertaruhan gengsi. Bahkan bisa jadi ditantang oleh pembalap dari luar kota.
Bagi pebalap liar, suasana penggrebekan polisi itu sudah menjadi hal yang wajar. Bahkan hal itu menjadi tantangan jika mampu lolos dari sergapan polisi justru menjadi kebanggaan. Bahkan, para pebalap liar juga telah membaca peta atau survey lokasi balapan untuk mengantisipasi penggrebekan.
Mereka telah mengetahui gang-gang rahasia atau rute-rute untuk kabur. Sebab, jalur utama telah ditutup atau dicegat dengan menggunakan truk polisi. Selain itu, antisipasi kecepatan reaksi, biasanya kunci motor tetap dibiarkan menempel di motor.
Pengajar Sosiologi Fakultas Ilmu Budaya Undip, Mahendra Pudji Utama, mengatakan pada komunitas, kelompok, ataupun sebuah geng, terjadi hubungan I – Thou atau hubungan aku – engkau antar anggotanya. Sifatnya adalah terbuka, saling memberi dan memiliki hubungan perasaan yang dalam.
“Polanya ditandai dengan kecenderungan memperlakukan orang lain sebagai benda dan diukur berdasarkan manfaat ‘aku’ dapat diperoleh dari orang itu, manfaatnya bisa saja secara ekonomi ataupun sebuah pengakuan sosial,” katanya.
Pada hubungan itu, terangnya, perasaan senasib dan kekerabatan yang sangat kuat. Sehingga memicu tiap anggota akan melakukan apa saja, demi kepentingan orang lain atau kelompoknya.
“Wajar jika mereka melakukan tindak kriminal ketika mereka bersama– sama, karena kelompok seperti ini mempunyai semacam sistem etik sendiri, yang dalam masyarakat normal akan sulit dipahami. Tindakan itu (kriminal) dilakukan sebagai salah satu cara mereka untuk diakui atau eksis,” tutur Mahendra.
Sementara Direktur Lalu Lintas Polda Jateng, Kombes Pol Naufal Yahya mengatakan, merebaknya fenomena geng motor dengan identik balap liar di Kota Semarang perlu mendapat solusi yang bijaksana. "Solusinya bisa dibuatkan event balap resmi, untuk memediai pebalap liar itu," katanya, kemarin. (Abdul Mughis)