GUBERNURAN - Meski Kota Solo kini terancam teror oleh orang-orang bersenjata yang mengakibatkan tewasnya anggota Polrestabes Bripka Dwi Data Subekti saat bertugas di Pos Polisi Singosaren, namun Gubernur Jateng Bibit Waluyo masih bersikap dingin menanggapinya. Ia menilai tidak ada tindakan terorisme dalam kejadian yang berlangsung sekitar pukul 21.00, Kamis (30/8) lalu.
Menurut dia masyarakat tidak perlu menilai terlalu jauh ataupun berandai-andai bahwa serangan itu dilakukan oleh kelompok teroris. Ia mengatakan seharusnya masyarakat kini saling bahu-membahu menciptakan iklim kondisi yang aman, nyaman, dan damai.
“Jangan mengandai-andai bahwa itu tindakan teroris. Nggak ada itu. Kalaupun iya, hal itu sudah menjadi tugasnya Polda,” tegasnya, seusai shalat Jumat, kemarin.
Ia juga mengatakan selama ini tidak ada terorisme di Kota Solo. Menurut dia kejadian mengenaskan itu terjadi karena dilakukan oleh sekelompok orang saja. “Tidak ada teror! Untuk itu, Masyarakat sekarang harus ikut bersatu padu menciptakan keamanan dan ketertiban,” tegasnya lagi.
Dengan adanya peran aktif masyarakat itu, maka pembangunan di Jateng akan semakin lancar. Dampaknya, kesejahteraan masyarakat pun akan meningkat pula. “Kalau sejahtera, berarti pembangunan pun bisa berjalan baik. Memang, tidak mudah memimpin 33 juta penduduk. Namun, jika masyarakat tidak terpancing persoalan yang bisa memperkeruh kondisi, maka produktifitas kita pun akan terhambat. Sing penting, ono rembung dirembug untuk kepentingan kita bersama,” pintanya.
Copot Kapolda-Kapolres
Sementara, Indonesia Police Watch (IPW) menilai, kejadian itu mengisyaratkan bahwa kinerja kepolisian sangat buruk karena tidak mampu menciptakan rasa aman bagi masyarakat. Oleh karena itu, Kapolri didesak untuk mencopot Kapolda Jateng dan Kapolresta Surakarta. “Keduanya pejabat tersebut gagal mengatasi aksi pembantaian berkelanjutan terhadap aparat kepolisian di Solo,” kata Ketua IPW Netta S Pane, melalui siaran persnya.
Ia juga menegaskan, jika Kapolri masih mempertahankan Kapolda dan Kapolresta Solo yang tidak berkualitas, maka dikhawatirkan akan muncul pembantaian-pembantaian baru terhadap aparat kepolisian, baik di Solo maupun di luar Solo. “Jika polisi terus menerus menjadi korban pembantaian, bagaimana publik bisa percaya bahwa Polri mampu menjaga keamanan masyarakat,” tegasnya. (Novian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar