BOJA- 69 tahun sudah Indonesia merdeka. Tanah tumpah darah ada jejak di sana. 17 Agustus 1945 adalah moment sejarah Indonesia merdeka. Tak heran, seluruh pelosok di negeri ini menjadikan hari sakral itu untuk memeringatinya.
Tidak hanya di tempat-tempat resmi seperti di kantor-kantor pemerintah, dan sekolah-sekolah. Pengibaran sang saka Merah Putih juga dilakukan di pelosok-pelosok perkampungan. Berbagai macam nuansa kegembiraan, perenungan, dan perjuangan, terlihat hikmat. Bermacam ekspresi unik pun tampak dilakukan untuk mengenang jasa pahlawan kemerdekaan.
Seperti halnya perayaan upacara yang dihelat di sebuah lapangan Dusun Silampar, RT 05/RW 01, Kelurahan Kaligading, Kecamatan Boja, Kendal. Sejumlah pemuda kampung kompak menggelar upacara 17 Agustus 2014 dengan ekspresi bebas, polos dan tanpa beban.
Mereka tidak berpikir ribet harus pakai seragam. Tidak harus rapi mengenakan jas, celana panjang, dasi, baju strikaan ataupun sepatu kempling semiran. Bahkan sejumlah pemuda-pemudi, ibu-ibu-ibu, bapak-bapak, kompak dan hikmat mengikuti upacara bendera apa adanya. Peserta upacara tanpa beban mengikuti hanya mengenakan pakaian apa adanya, seperti celana pendek, dan sandal jepit saja.
"Wah, ternyata meski hanya dengan kesederhanaan, kita masih bisa membangkitkan rasa nasionalisme. Walaupun hanya di lapangan yang mungil di tengah kebun, tapi tidak mengurangi suasana khidmat dan sakral," kata salah satu warga, Istirohah Roro, 34, yang dimintai komentar Radar Semarang, usai mengikuti upacara, Minggu (17/8) pagi.
Menurut Istirohah, kesederhanaan itu justru menjadi kekuatan persatuan. "Walaupun kadang ada yang keliru dan bikin lucu. Tapi itulah apa adanya orang kampung dengan segala keterbatasan ikut merayakan kemerdekaan," imbuhnya.
Upacara yang dipimpin oleh Saiful Anwar, dan
Pembina upacara Muh Zainudin, selaku Ketua RT ini diikuti oleh sekira 100 orang lebih. Acara itu dimulai pukul 8.30 hingga 9.30. Tiga orang selaku pengibar bendera Merah Putih adalah Aris Heru P, Nony Vinia, dan Faisal Hadi.
Ketua Mahrus Anshori Remaja Islam Ndhukoh (RINDHU) yang menjadi panitia acara ini mengatakan, kegiatan tersebut hanya sebagai ekspresi sekaligus perenungan. "Tujuannya ya agar generasi muda tetap mempunyai jiwa nasionalisme yang dalam. Meski semuanya apa adanya. Mereka bersedia dengan ikhlas mengikuti upacara, sebelum berangkat kerja. Ada yang ke sawah, pabrik dan lain-lain," ujar A'an.
Dikatakan A'an,diakui atau tidak, generasi muda sekarang, selaku generasi penerus--terlebih orang-orang kampung, sudah sangat jarang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, lupa bacaan pancasila dan lain-lain. "Padahal itu sangat penting. Nilai-nilai Pancasila seharusnya dipahami, dimengerti, kemudian ditanamkan ke dalam jiwa anak muda. Kita semua merasa memiliki NKRI," tandasnya. (Abdul Mughis)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
suharto asu
BalasHapussutiyoso asu
hidup PKI