Rektor Unissula Dituding Matikan Demokrasi Mahasiswa

Rektor Unissula Dituding Matikan Demokrasi Mahasiswa

SEMARANG- Konflik intern kampus Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang kian menjadi sorotan publik. Perhelatan pesta demokrasi Pemilu Raya mahasiswa Unissula berlangsung ricuh. Sejumlah pria bercadar menyerang dan melakukan perusakan kotak suara.

Insiden tersebut buntut berbuntut panjang hingga terjadi dugaan adanya kepentingan politik di kalangan pejabat di kampus setempat. Gerakan Alumni Muda (GAM) Unissula juga turut bicara. Mereka menuding Rektor Unissula tidak becus melakukan pendidikan demokrasi. “Bahkan Rektor Unissula telah memberangus Demokrasi mahasiswa Unissula,” kata salah satu perwakilan GAM Slamet Haryanto kepada wartawan, Minggu (19/5).

Dikatakannya, pihaknya menyatakan prihatin melihat kondisi itu. Berdasarkan indikasi yang ada, dugaan oknum-oknum yang hendak memberangus proses perwujudan demokratisasi kampus semakin jelas. Menurutnya, dugaan itu muncul setelah elit-elit birokrasi kampus yang secara sengaja, sistematis dan terorganisir berupaya menggagalkan pesta demokrasi kampus. “Mereka melakukan arogansi kewenangan (abuse of power) untuk memberangus demokrasi mahasiswa,” kata Slamet.

Bahkan mereka ada indikasi mengerahkan massa misterius, mengarah pada upaya-upaya kekerasan, pengrusakan (vandalism), dan intimidasi melalui kekuasaaan dan kewenangannya. Dugaan keterlibatan elit birokrasi kampus semakin nyata terlihat pada saat KPRM (Komisi Pemilu Raya Mahasiswa) memutuskan untuk mengeliminasi salah satu bakal calon sebagai akibat tidak lolos syarat verifikasi untuk menjadi calon presiden dan wakil presiden mahasiswa.

“Bahwa mekanisme yang diatur dalam statuta lembaga mahasiswa berusaha di kangkangi melalui tim advokasi yang menyatakan dibentuk oleh Rektor dan lucunya diduga melakukan pressure dan intimidasi dengan dalih sebagai lembaga pengawas terhadap lembaga yang berwenang melakukan Pemira yakni KPRM. Bukankah mekanisme pengawasan ini seharusnya dijalankan oleh lembaga yang berwenang yakni Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi?” imbuh Toni Triyanto.

Untuk itu, pihaknya selaku Gerakan Alumni Muda (GAM) Unissula mendesak kepada Rektor Unissula untuk segera melegitimasi dan melantik pasangan presiden dan wakil presiden BEM-PT beserta pasangan ketua dan wakil SEMA-PT terpilih. “Kami menolak segala bentuk kesewenang-wenangan atas nama kekuasaan yang arogan,” katanya. (G-15/LSP)