Blogger Widgets

Ritual Paska Panen, Ratusan Warga Gunungpati Mengarak Hasil Bumi

Diposting Unknown jam 17.03

GUNUNGPATI- Tidak hanya terkenal kota banjir, panas, maupun kriminalitas. Kota Semarang menyimpan sejuta pemandangan unik. Baik dari lekuk geografisnya maupun kebudayaan masyarakatnya.

Salah satunya wisata kampung di Desa Pagersalam, Kelurahan Mangunsari, Gunungpati, Kota Semarang.
Ratusan warga terdiri anak-anak, muda-mudi dan orang tua "tumplek blek" mengarak hasil bumi, Selasa (20/3) sore.

Acara tersebut merupakan "Sedekah Bumi", di dalamnya menuangkan ungkapan rasa syukur atas hasil bumi yang menghidupi masyarakat setempat selama ini. "Ini aktivitas rutin, dihelat dalam kurun waktu dua tahun sekali sebagai ritual turunan nenek moyang," kata Suwandi (60), sesepuh desa setempat.

Dikatakannya, aktivitas tersebut bertujuan menjaga kebudayaan leluhur yang mengajarkan selalu bersyukur. "Kami semua hidup menginjak tanah di bumi ini. Sebagai penghuni bumi, sudah selayaknya merawat segala sesuatu yang ada di bumi ini. Tuhan memberi kekayaan yang melimpah dari hasil bumi. Nah, sedekah bumi merupakan ungkapan syukur atas keselamatan tersebut," ungkap Suwandi.

Ketua Panitia Sedekah Bumi Dwi Aryanto mengatakan pelaksanaan ritual sedekah bumi melibatkan ratusan warga melakukan arak-arakan dengan membawa bermacam-macam hasil bumi atau hasil musim panen tahun ini.

"Secara simbolis, bermacam-macam hasil bumi, di antaranya pete, ketela, rambutan, padi, jagung, wortel, kol, dan lain-lain dibentuk mirip gunungan. Kemudian diarak mengelilingi desa kurang lebih 2 kilometer, kemudian berkumpul di tengah desa sebagai pusat panggung acara," katanya.

Sebelumnya, sejumlah warga juga melakukan resik-resik dan ziarah bersama di makam Kiai Salam, sang tokoh perintis desa. "Selain itu juga bersih-bersih dua sendang di kampung ini," imbuhnya.

Dalang Suami-istri

Arak-arakan tersebut dimeriahkan grup Rebana, drumband siswa, badut, dan malamnya menghelat wayang kulit dalang suami istri dari Sragen Ki Bambang Warseno dan Sri Mulyaningsih membawakan lakon "Bima Suci". "Semua pembiayaan acara ini merupakan swadaya masyarakat. Setiap warga membantu iuran seiklasnya. Bagi yang tidak punya juga tidak apa-apa," imbuh Suwandi.

Pada puncak arak-arakan, ratusan warga saling berebut gunungan hasil bumi sebagai tanda pesta panen musim ini. Salah seorang warga Muziati (56), mengaku sangat senang memperebutkan hasil bumi. "Saya dapat buah melon. Rebutan itu sebagai tanda akrab. Konon kalau bisa merebut salah satu buah rizki akan lancar," katanya. (G-15/LSP)


by: red

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Korupsi


Siapa lagi? »

Peristiwa


Arsip Peristiwa »

Berita


Arsip Berita »

Modus


Arsip Modus »

Jeng-jeng


Arsip Jeng-jeng »

Kasus


Arsip Kasus »

Horor Kota


Arsip Horor Kota »

Kriminal


Arsip Kriminal »

Tradisi Budaya


Selanjutnya »

Politik Itu Kejam


Simak Selanjutnya? »

Komunitas Pembaca


*) Tulis peristiwa di sekitar Anda, kirimkan ke email redaksi kami: singautara79@gmail.com

Citizen Journalism


Siapa lagi yang nulis? »

Wong Kene


Arsip Wong Kene »