NGALIYAN- Ratusan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang mengamuk di kantor rektorat kampus 1 Jalan Walisongo Semarang, Senin (18/2) pagi. Demonstrasi yang berakhir ricuh itu menyusul kekecewaan mahasiswa atas kebijakan birokrasi "kolot"
yang menolak pembayaran registrasi (pendaftaran ulang-
red) sekitar 700 mahasiswa. Aksi tersebut diwarnai pembakaran barang bekas, meja, papan, di dalam kantor rektorat hingga pemecahan kaca di pintu ruang rektor.
Akibat penolakan registrasi tersebut, ratusan mahasiswa yang belum bisa membayar registrasi terancam cuti. Bahkan sejumlah mahasiswa semester akhir (semester 14) terancam drop out (DO) karena kesempatan bayar registrasi yang tinggal 1 kali itu ditolak.
Aksi tersebut terjadi sekitar pukul 10.00. Mulanya, ratusan mahasiswa itu melakukan orasi di halaman kampus 1, mereka mendesak rektor melakukan audiensi. Namun tidak mendapat respon dari pihak rektorat. Hal itu membuat mahasiswa geram hingga akhirnya memaksa dan menerobos masuk ke dalam ruang rektorat yang dijaga ketat oleh satpam setempat. Para demonstran membakar tong sampah terbuat dari ban, meja, papan, di lantai dua gedung rektorat. Bahkan kericuhan memuncak saat demonstran nekat memecah kaca di pintu ruang rektor.
"Kami hanya ingin menuntut IAIN memperbaiki sistem birokrasi. Saat ini, ada sekitar 700 mahasiswa ditolak registrasi. Atas hal itu, kami meminta toleransi waktu," kata Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Nila Farhati Firdaus di sela-sela orasi.
Emosi massa mulai mereda saat seorang karyawan menjanjikan Rektor IAIN, Prof Muhibin akan menemui mereka. Namun setelah ditunggu, rektor tidak kunjung menemui dan mereka kembali melakukan kericuhan. Adu mulut tak bisa dihindari, hingga terjadi aksi dorong-dorongan antara pendemo dengan petugas keamanan.
Sejumlah mahasiswa kemudian mengumpulkan poster-poster mereka di depan kantor rektor dan membakarnya. Kursi-kursi yang berada di ruang tunggu pun dirusak, meja kaca dipecahkan dan mereka mengancam akan melakukan aksi yang lebih hebat lagi jika rektor tidak mau menemui.
Nila mengatakan, atas ditolaknya registrasi 700-an mahasiswa tersebut membuat mahasiswa resah. IAIN memberi wakti registrasi tanggal 1 sampai 13 Februari. Namun karena sistemnya tidak baik, membuat mahasiswa dirugikan. "Ada yang semester 14 terancam DO. Ada yang sudah cuti 3 kali terancam tidak bisa lulus. Di sini, tidak ada sistem baik. Digembar-gemborkan, IAIN melibatkan dua bank, yakni Bank Jateng dan BTN. Setiap harinya, Bank Jateng hanya mampu melayani 97 orang. Sedangkan BTN hanya melayani 50 orang. Padahal, jumlah mahasiswa IAIN secara keseluruhan mencapai 6000 lebih. Ini jelas tidak profesional," tandasnya.
Salah satu mahasiswi Fakultas Ushuluddin angkatan 2009, Dewi Nabila (22), baru kali ini pihak kampus sama sekali tidak memberikan toleransi pembayaran padahal tahun-tahun sebelumnya selalu ada. "Saya hanya telat satu hari dari batas akhir tanggal 13 Februari kemarin. Padahal pembayaran kami sudah diprogram kolektif, jadi yang tidak bisa registerasi di tempat saya satu kelas. Fakultas lain masih banyak," ujar Nabila.
Dikatakannya, sebelum melakukan pembayaran, ia dan teman-temannya sudah melakukan registerasi online, tapi saat akan membayar, malah ditolak. Ia juga menyayangkan minimnya tempat pembayaran registerasi yang hanya diperbolehkan di bank yang berada di kawasan kampus. "Kami masih ingin kuliah, makanya sekarang ini kami bingung," tandasnya.
Humas IAIN Semarang, Sirojudin Munir mengatakan pihaknya sebenarnya bertujuan untuk menegakkan disiplin dalam pembayaran registrasi. "Mereka mengatakan kemarin ada kelonggaran kenapa sekarang tidak. Sebenarnya kami menegakkan peraturan. Perbedaannya dengan yang dulu itu ada di penegakan peraturan. Itu aturan reguler, aturan standar," pungkas Sirojudin.
Rektor IAIN Walisongo Muhibin Noor dikonfirmasi melalui telepon mengatakan, ia menyayangkan aksi para mahasiswanya tersebut. "Kalau mau mendemo pejabat kampus yang korup bolehlah, tapi kalau mendemo karena kampus sedang menegakkan aturan ini kan aneh," katanya.
Dikatakan Muhibin, aturan tersebut sengaja diterapkan dalam kepemimpinannya. Hal itu dimaksudkan agar mahasiswa lebih disiplin. "Ya, kalau mau maju ya harus disiplin, kalau tidak ya tidak akan ke mana-mana," katanya.
Kendati demikian, pihaknya melalui PR I dan PR II memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk melakukan registrasi paling lambat hari ini (19/2). "Nanti jika ada yang telat lagi, kami sudah tidak mau melakukan negosiasi lagi," tandas Muhibin. (G-15/LSP)
by: red
Tidak ada komentar:
Posting Komentar