Tiga tersangka diamankan di Mapolrestabes Semarang |
SEMARANG- Pembunuhan sadis terhadap Nur Cahyono (30), warga Jalan Boom Lama Gang II RT 07/RW 03, Kuningan, Semarang Utara, terungkap. Tim Reserse Mobile Polrestabes Semarang meringkus tiga pelaku yang membacok korban menggunakan celurit dan gobang.
Cahyono menjadi korban salah sasaran dalam insiden Sabtu (26/1), sekitar pukul 14.00, di Jalan Boom Lama II RT 07/RW 03 Kelurahan Kuningan, Semarang Utara tersebut. Tiga pelaku bermaksud balas dendam terhadap Sangaji Utomo (17), adik korban, yang sebelumnya terlibat perkelahian dengan salah seorang pelaku.
Namun justru, Nur Cahyono, kakak Sangiaji, menjadi korban pembacokan. Ia tewas bersimbah darah dengan luka di tangan kanan, perut, leher bawah bagian kanan serta dada, akibat sabetan celurit dan gobang pada .
"Sesuai janji kami, tidak ada 24 jam, tiga pelaku berhasil ditangkap," ujar Kapolrestabes Semarang Kombes Elan Subilan saat gelar perkara di Mapolrestabes Semarang, Minggu (27/1).
Tiga tersangka masing-masing; Agung Setio Nugroho alias Juragan (30), warga Jalan Boom Lama RT 5/RW 03 Kelurahan Kuningan, Semarang Utara. Agus Rustanto alias Peyek (28) dan Mustopa alias Topret (20), keduanya warga Jalan Boom Lama RT 02/RW 03 Kuningan, Semarang Utara.
Kapolrestabes Elan Subilan menunjukkan barang bukti |
"Tak lama kemudian datang tersangka Mustofa Alias Topret mengendarai motor seorang diri. Ia sempat menabrak sepeda motor milik korban di depan warung. Insiden kecil itu memicu perkelahian. Karena kalah, Mustofa lantas pergi meninggalkan lokasi. Ia ternyata mengadu ke dua rekannya, Agung dan Agus. Akhirnya bertiga bermaksud mencari Sangaji di rumahnya," papar Elan didampingi Kasat Reskrim AKBP Harryo Sugihhartono.
Namun sesampai di gang sekitar rumah korban tiga pelaku bertemu kakak Sangaji (korban, Cahyono) dan terlibat perkelahian. Agung dan Agus tanpa berpikir panjang langsung membacokkan senjata tajam celurit dan gobang mengenai tubuh Cahyono. "Agung membacok menggunakan celurit, sedangkan Agus membacok menggunakan gobang," jelas Elan.
Korban yang bekerja sebagai Satpam Perumahan Pondok Hasanudin Tanahmas itu terkapar bersimbah darah. Ketiga pelaku lantas kabur. Agus sendiri sempat membuang gobang yang dibawanya ke selokan di sekitar lokasi kejadian.
Tersangka Agung mengaku terpancing atas laporan Mustofa. Ia rela melakukan hal itu atas dasar solidaritas. Mustofa mengadu kepada Agung dan Agus bila menjadi korban pengeroyokan oleh kawanan Sangaji. "Kami yang sedang nongkrong di Polder Tawang, akhirnya terpancing emosi. Terlebih Mustofa adalah keponakan saya," katanya.
Akhirnya, Agung dan Agus pulang ke rumah mengambil celurit dan gobang. Ketiganya lantas bergegas mencari Sangaji. Di sebuah gang, kemudian bertemu kakaknya Sangaji (korban, Cahyono). "Mustofa sempat cekcok kemudian terjadi perkelahian dengan kakak Sangaji. Saat itu, saya langsung membacok korban," ujar pria yang bekerja sebagai penjaga proyek Banjir Kanal itu.
Sementara Mustofa mengelak dikatakan sebagai pemicu perkelahian hingga terjadi pembunuhan yang menewaskan kakaknya sendiri. Dalihnya, saat itu, ia akan memeringatkan Sangaji dan teman-temannya yang sedang menenggak pil koplo. "Saya hanya ingin menyuruh mereka pindah tempat, karena di dekat lokasi kejadian ada polisi. Takutnya kalau digerebek. Tapi mereka justru marah-marah dan dikira saya menantang. Saya kemudian dikeroyok, karena kalah jumlah, akhirnya saya pergi," katanya. (Mughis/LSP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar