Djoko, Penggiat Transportasi Humanis


Kalau kita melihat kata transportasi, sudah pasti yang terlintas di pikiran adalah angkutan umum seperti angkot dan bis. Namun, bagi Djoko Setijowarno, makna transportasi tidak sesempit itu.
Djoko Setyiowarno

Menurut pria berdarah Jawa-Pangkalpinang itu, sektor transportasi sangat melekat dalam kehidupan diri seseorang. Hal itu, kata dia, dapat terlihat saat seseorang akan memulai aktifitas kesehariannya. “Transportasi itu bisa dilihat saat orang bangun dari tidurnya, terus berjalan keluar rumah. Bahkan, berjalan itu pun masuk dalam kategori transportasi tanpa motor. Oleh karena itu, saya tertarik menggeluti sektor transportasi karena sifatnya yang unik,” katanya sembari tersenyum.

Sambil menyusun tumpukan kliping koran di meja kerjanya, ia kembali menjelaskan ketertarikannya itu. Ia menilai keunikan sektor transportasi itu dapat terlihat dari dua  faktor utama. “Di antaranya faktor humanis dan faktor politis. Jika satu daerah lebih mengembangkan sektor transportasi yang bersifat humanis, maka dipastikan jumlah kendaraan pribadi menjadi rendah,” kata pria yang kini masih melajang itu.

Humanis Vs Politis

Lho, kok bisa? Menurut dia transportasi yang humanis itu sangat mendukung hak-hak seseorang saat menggunakan angkutan umum dan memperhatikan aspek lingkungan. Sebagai contoh, seseorang akan sangat nyaman jika angkutan umum (bis/ angkot) merupakan armada yang laik jalan, tepat waktu, fasilitas (kursi) bersih dan memadai, tarif terjangkau, supir/ kondektur yang ramah, dan aman selama perjalanan.

“Dengan begitu, maka akan banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan angkutan umum ketimbang harus susah payah naik kendaraan pribadi yang dinilai lebih mahal karena harus terus mengisi BBM. Namun yang terjadi sekarang, hampir tiap hari orang beli motor atau mobil,” ungkapnya.

Sementara sektor transportasi yang lebih mengutamakan faktor politis, akan sangat sulit untuk melakukan pembenahan. Karena didalamnya, sarat dengan kepentingan oleh beberapa golongan tertentu. 

“Lihat saja sektor transportasi yang ada di Kota Semarang, sulit sekali dibenahi karena kenyataannya selama ini banyak kepentingan didalamnya. Bagaimana bisa mengatur jika selalu ada ganjalan berbau politis. Namun, jika kepentingan politis itu bisa berdampak pada pembenahan yang baik, maka hal itu sah-sah saja. Tapi saya sendiri tetap tidak mau ikut-ikut didalamnya,” tegasnya.

Untuk itu, ia sangat berharap, pihak eksekutif dan legislatif di kota lunpia ini bisa menyatukan pikiran dalam penciptaan transportasi humanis. Jika itu bisa dilakukan, menurut dia, akan berdampak luas pada perkembangan suatu kota.

“Jika di Semarang bisa dilakukan dengan konsep humanis, maka kota ini akan berkembang. Contoh kecilnya, angka kendaraan pribadi akan turun, polusi udara berkurang, lalu lintas lancar, karena angkutan umum jadi pilihan utama untuk berkendara,” terangnya lagi.

Hindari Teror

Ditanya soal ancaman atau teror selama dirinya mengkritisi soal transportasi, ia mengaku, belum pernah mendapatinya. Ia bahkan berharap hal itu tidak akan pernah terjadi.

“Mudah-mudahan tidak terjadi sama saya. Karena, saya juga mengakui, kerap mengkritisi pengaturan transportasiyang dilakukan oleh Pemkot Semarang. Namun, hal itu saya lakukan karena saya berusaha ingin ikut berperan serta membenahi buruknya transportasi saat ini,” jelasnya.

Untuk saat ini, ia hanya menyarankan, Kota Semarang tidak perlu memiliki slogan Setara karena selama ini ‘dianggap’ sudah setara dengan kota besar lainnya. Yang terpenting yang harus diperhatikan smeua pihak yakni memprioritaskan transportasi massal. “Dahulu, transportasi massal di kota ini sempat digemari oleh masyarakat umum. Hal itu yang perlu digalakkan lagi agar bisa menjadi keunggulan di negeri sendiri,” harapnya. (Novian)


 --------------------------------------------------------------------------------------------
Biodata
Nama               : Djoko Setijowarno
TTL                 : Pangkalpinang, 14 Mei 1964
Ayah               : Soegiwarno
Ibu                   : Siti Sundari
Anak ke           : satu dari enam bersaudara
Alamat             : Jalan Cakrawala Utara II No 10 Semarang
Obsesi             : Menggiatkan Sektor Transportasi Bersifat Humanis
Hobi                : Menulis Ilmiah
Pendidikan      :
  • Lulusan 1987 Jurusan Fisika IKIP Semarang
  • Lulusan 1991 Jurusan Teknik Sipil (S1) Undip Semarang
  • Lulusan 1998 Jurusan Rekayasa Transportasi (S2) ITB Bandung
Organisasi       :
  • Ketua Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi
  • Ketua Forum Perkeretaapian MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia)
  • Juri Wahana Tata Nugraha sektor transportasi\



1 komentar: