Musda Dekase Diterpa Isu Miring

SEMARANG -- Saat ini, Dewan Kesenian Semarang (Dekase) sudah tidak ada yang memimpin. Untuk itu akan dilakukan musyawarah daerah (Musda) guna memilih beberapa calon ketua yang maju. Rencananya Musda digelar tanggal 30 Agustus mendatang. Namun isu miring mengenai masuknya partai tertentu di dalam Musda Dekase ini sangat santer.
"Isu itu memang ada. Dan walaupun saya sendiri dari partai, tetapi saya tidak akan menyangkutkan kepentingan partai ke dalam Musda," kata Ketua Panitia Musda Dekase, Listiyani Widyaningsih saat rapat koordinasi dengan panitia Musdat Dekase di Joglo Taman Budaya Raden Saleh, Jalan Sriwijaya Nomor 29 Minggu (26/8) kemarin.
Ketegasan Listyani itu diwujudkan dengan sikapnya yang seringkali tidak ragu untuk mengeluarkan uang pribadi untuk membiayai rapat Musda. Itu dilakukannya karena hingga saat ini proposal Musda yang diajukan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang belum ada tanggapan. Menurutnya, proposal tersebut untuk memohon biaya pelaksanaan Musda nanti. "Kalau memang tidak cair dana dari Disbudpar, saya akan menggelar dengan dana pribadi. Tentunya saya mengganggap kalau Disbudpar Kota Semarang telah gagal membina Dekase jika itu terjadi," kata Lustyani.
Lanjut Listyani, persiapan panitia Musda sudah sampai tahap verifikasi data undangan. Sejauh ini  menurutnya panitia sudah melakukan hal terbaik untuk mengawal proses demokratisasi dan transparansi kerja mereka. "Verifikasi ini penting karena para undangan inilah yang akan memiliki hak suara atau sebagai penyaksi saja," kata wanita yang bekerja sebagai pengacara ini.
Dijelaskannya, seperti tercantum dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga (AD/ART) ada tiga elemen yang akan diundang dalam Musda Dekase nanti. Diantaranya anggota ex offisio, pengurus harian dan komite, serta undangan. Poin terakhir inilah yang sampai kemarin masih diperdebatkan.
Ditambahkan Wahyu Puji, ketua tim verifikasi, ada 9 kategori yang digunakan sebagai dasar keterwakilan seni di Semarang. Yakni seni rupa, sastra, teater, fotografi dan sinema, tari, ketoprak, pewayangan dan pewara, musik, dan lawak. Masing-masing kategori ini telah kami bagi berdasar jumlah kuotanya. "Tiap kategori dibagi menjadi dua yakni perwakilan komunitas dan tokoh. Masing-masing mendapat kuota 50 persen," jelasnya.
Menurut Wahyu Puji, tentu tidak semua pihak akan terpuaskan namun dia menjamin dasar pemilihan nama-nama tersebut bisa dipertanggunjawabkan. Untuk kriteria kategori yang diajukan ada tiga. Diantaranya, usia kelompok minimal 3 tahun, tercatat di Disbudpar Kota Semarang, dan ada pihak yang merekomendasikan. Namun, tidak semua kriteria harus terpenuhi, misalnya ada kelompok yang belum berusia di atas tiga tahun tetapi mendapat rekomendasi dari forum maka nama tersebut akan lolos.
"Persiapan untuk undangan telah mendekati final. Ada sekitar 1500 data yang masuk ke panitia dari berbagai sumber. Dari data tersebut akhirnya dikerucutkan lagi menjadi 250 undangan dengan 218 diantaranya memiliki hak suara."
Sementara itu Kepala Bidang Kesenian Disbudpar Kota Semarang Litani Setyawati mengaku, pihaknya hanya mampu memfasilitasi saja. Untuk kinerja dan hasil ia berharap dapat menjadi proses yang baik. "Kami menyambut baik proses ini. Semoga Dekase mendapat ketua yang terbaik dan tepat," paparnya. (Aristya)


Powered by Abdul Mughis







Tidak ada komentar:

Posting Komentar