Ratusan Pelamar Indosat Tertipu
SEMARANG- Seorang wanita yang mengaku staf karyawati Esia, Mitzi Gustarina (48), warga Jalan Plamongan Indah Blok H9/16, Perum Plamongan Indah Mranggen, Demak, melakukan penipuan atas dalih bisa memasukkan kerja di perusahaan telekomunikasi PT Indosat.
Tidak tanggung-tanggung, korbannya mencapai seratus pelamar lebih. Semua korban dimintai uang pelicin antara Rp 2,5 juta- Rp 3,5 juta. "Mitzi menjanjikan kepada para korban bisa memasukkan sebagai karyawan PT Indosat Jalan Pandanaran No 1. Dia bilang tanpa tes, langsung masuk. Karena itu jalur khusus atau melalui orang dalam," kata salah satu korban Ika Wahyuningtyas (21), warga Jalan Plamongan Hijau No 11 di Mapolrestabes, Selasa (1/5) siang.
Ika menjelaskan, penipuan tersebut bermula pada akhir Februari 2012, ditawari oleh teman, Endra. Endra kemudian mempertemukannya dengan Mitzi di rumah Ika. "Dalam pertemuan di rumah saya itu, Mitzi mengaku sebagai karyawati Esia, menjabat sebagai Kepala Bagian SPG. Dia bilang, bisa memasukkan menjadi karyawati di Indosat dengan syarat membayar uang pelicin. Dia mengaku mendapat kepercayaan dari seorang HRD Indosat untuk mencarikan karyawati melalui jalur belakang," katanya.
Ika telah masuk perangkap omongan Mitzi yang empuk dan merdu itu. Bahkan bapaknya Ika, Sutarno (44), juga disuruh mencari orang-orang yang ingin mendaftar di Indosat. "Jumlahnya hingga 10 lebih dan pada tanggal 22 Maret 2012, semua korban berkumpul di rumah saya untuk dibriefing oleh Mitzi, sekaligus membayar administrasi itu," katanya.
Mengelabui korbannya, Mitzi menyertakan surat pernyataan yang menyebutkan jaminan pasti diterima atas rekomendasi HRD PT Indosat dengan disertai materai. Maka para korban pun tergiur. Rata-rata korban membayar Rp 2,5 hingga Rp 3,5 juta.
Sementara pembayaran pelicin disesuaikan dengan jabatan yang diinginkan. Jabatan staf administrasi dibandrol Rp 2,5 juta dengan gaji bulanan Rp 2,75 juta. Sedangkan posisi jabatan Kepala Bagian (Kabag) dibandrol Rp 3,5 juta dengan gaji bulanan Rp 3, 75 juta. "Saya sendiri memilih staf administrasi. Maka kemudian saya membayar Rp 2,5 juta secara cash," ujar wanita yang sebelumnya bekerja sebagai pramugari kereta api eksekutif yang memutuskan keluar dan memilih tawaran ini.
Rupanya tidak hanya kelompok Ika, pada tanggal 30 April 2012, sekitar pukul 16.00, di rumah makan Ikan Bakar Cianjur (IBC) daerah Kota Lama Semarang Utara, bertemulah ratusan korban yang mendapat janji yang sama. "Di rumah makan itu, Mitzi bilang akan ada briefing oleh pihak Indosat. Dalam agendanya, rencana tanggal 1 Mei 2012 langsung diberangkatkan ke Jogja dan mendapat pembagian tugas kerja," tambah korban lain, Ira Meliana (28), warga Plamongan.
Kecurigaan itu muncul saat beberapa korban menanyakan ke pihak rumah makan IBC. Akan tetapi salah seorang karyawan IBC mengatakan bila tidak ada pesanan tempat untuk rapat Indosat. "Tentu saja itu janggal. Kami tidak bisa masuk, lhaong jumlahnya 100 orang lebih ya tidak muat, apalagi tidak ada pesanan. Maka kami hanya duduk-duduk di depan rumah makan tersebut," ujar Ira kesal.
Beberapa korban berusaha menghubungi Mitzi melalui HP, akan tetapi alasannya macam-macam dan berkelit tidak bisa menghadiri briefing tersebut. "Kami kemudian melapor polisi di Polsek Semarang utara, kemudian menjemput Mitzi di rumahnya. Hingga saat ini dia telah ditangkap dan diamankan di Mapolrestabes," kata Ika.
Hingga kemarin, lanjut Ika, dari ratusan korban tersebut, 41 korban telah resmi melapor. "Dimungkinkan puluhan yang lain akan menyusul kemudian," tambahnya. Sementara itu, anaknya Mitzi, Bintang (17), mengaku ibunya memang bekerja di perusahaan telekomunikasi Esia di Semarang. Namun menjabat di posisi apa, ia mengaku tidak mengetahui secara pasti. "Ibu saya mengurusi bagian SPG. Terkait dengan pemasukan tenaga kerja ini, menurut ibu saya, ada program kerjasama 6 provider telekomunikasi, yakni Esia, XL, Telkomsel, Indosat, Smartfren dan Tree. Bentuk kerjasamanya adalah perekrutan tenaga kerja.
Sementara ibu saya mendapat kepercayaan dari orang dalam di Indosat, untuk mengurusi itu. Jumlah korban memang ratusan, saya sendiri sempat dimintai bantuan mengambil lamaran di sejumlah rumah korban," kata remaja yang baru saja menyelesaikan Ujian Nasional (UN) itu.
Bintang mengatakan, ibunya bekerja di Esia baru sekitar 3 bulan. Sebelumnya bekerja di sebuah perusahaan multilevel system. Hingga petang kemarin, puluhan korban masih diperiksa di ruang penyidik Polrestabes. (abm)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar