Togel Libatkan Anak-anak

KEPOLISIAN menemukan peredaran toto gelap (Togel) melibatkan anak-anak sebagai pengawas keamanan perjudian

. Dengan memberikan imbalan sejumlah uang, tak jarang para pengecer dan pengepul “menanam” anak-anak yang tidak berdosa “ditaruh” di depan gang-gang di mana mereka beroperasi.

“Kami telah mengintai selama kurang lebih 1,5 bulan. Memang, togel beredar cukup rapi dan bersembunyi. Yang cukup mengagetkan, mereka melibatkan anak-anak untuk mengawasi gelaran operasi perjudian togel. Mereka kadang dengan bersepeda ontel di depan gang-gang, dan jika melihat gelagat petugas yang akan merazia, anak-anak tersebut kemudian melaporkan ke komplotan perjudian tersebut,” ujar Kapolrestabes Kombes Pol Elan Subilan, kemarin.

Namun demikian, lanjutnya, berkat keuletan tim yang ditugaskan, akhirnya Jajaran Resmob dan Unit Tipiter Polrestabes Semarang berhasil meringkus pengepul dan pengecer judi togel di Semarang. “Kami sangat membutuhkan dukungan berupa informasi guna memberantas tuntas aksi perjudian togel. Tanpa kerjasama dengan masyarakat, kami bukan apa-apa,” terangnya.

Penggerebekan terakhir berhasil menangkap empat pengecer dan pengepul, masing-masing tersangka, Trijaya Alex Stassen (50), warga Kampung Kalilangse RT 04 /RW 05 Gajahmungkur Kota Semarang. Sulistiyo (40) warga Jangli Tlawah RT 06 /RW 05 Karanganyar Gunung Candisari Semarang, Agung Santoso (44) Genuksari Semarang dan Anas Sjamsul Nurul Huda (44) Genuksari RT 01 /RW 01, Genuk Semarang.

Di bawah pimpinan Kanit Resmob AKP Aris Suwarno dan Iptu Joko Santoso, penggerebekan berhasil mengamankan uang tunai sebesar Rp 1.259.000, kertas rekap judi, puluhan bandel buku togel, tafsir mimpi, spidol, HP dan peralatan perjudian lainnya. Mereka ditangkap secara terpisah di tempat masing-masing saat beroperasi.

Tersangka Sarjana


Salahsatu dari tersangka merupakan seorang sarjana. Dia adalah Drs Trijaya Alex Stassen. Ia mengaku menjual togel karena bisnis lele yang dimiliki sebelumnya sepi. Maka untuk menopang kebutuhan keluarganya, terpaksa nekat membukan kios togel “Hongkong” di rumahnya. “Bisnis lele sedang sepi. Jadi harus cari cara lain,” katanya.

Omzet bersih dari penjualan togel yang ia kelola antara Rp 80 hingga Rp 90 ribu perhari. "Saya hanya mendapat upah sebesar 20 % perhari dari hasil keseluruhan penjualan. Biasanya perhari antara Rp 250 hingga Rp 400 ribu,” ujar sarjana yang enggan menyebut sarjana apa ini.

Penjualan tersebut, Trijaya kemudian menyetorkan ke pengepul yakni tersangka Sulistiyo. Sedangkan oleh Sulistiyo disetorkan melalui anak buah kepercayaan bandar. Sulistiyo sendiri mengaku hanya mendapatkan komisi 5 persen dari seluruh omset dari beberapa kios. Peredaran togel ini mempublikasikan pengumuman dengan menggunakan media SMS. Sebelumnya, diduga bandar mengakses dari pusat melalui jaringan di internet.

Tersangka lain Agung yang diketahui sebagai pengecer judi Togel di wilayah Genuk mengaku mendapatkan honor 17 persen dari total omset harian antara Rp 400 hingga Rp 600 ribu. Uang tersebut disetorkan kepada seorang pengepul yang bernama Ciput, Ungaran.

Untuk itu, Kapolres berharap kerja sama masyarakat dengan kepolisian agar situasi keamanan dan ketertiban masyarakat bisa terwujud. “Hubungan itu harus terjalin sehingga tindak kejahatan di Semarang bisa diminimalisir. Pencegahan tindak kejahatan bukan tugas polisi, namun masyarakat juga turut andil,” kata Kapolrestabes.(abm)