Sepekan, Empat Orang Bunuh Diri di Semarang
FENOMENA bunuh diri semakin tampak marak di Semarang. Terbukti dalam sepekan terjadi empat kejadian bunuh diri. Berdasarkan pantauan di lapangan, rata-rata dilatarbelakangi tekanan ekonomi, beberapa di antaranya bermula sakit menahun dan tidak mampu membiayai pengobatan. Korban kemudian mengalami depresi berlebih sehingga tidak kuat menahan tekanan psikologis kemudian memilih bunuh diri. Satu di antaranya diduga bermotif asmara.
Di Semarang, cara favorit yang dipilih para korban untuk mengakhiri hidup adalah cara konvensional, yakni gantung diri. Sedangkan cara seperti meminum racun, menabrakkan diri di kereta api, ataupun memutus urat nadi jarang terjadi. Kejadian terakhir Sabtu (29/10), aksi bunuh diri dilakukan oleh dua warga Kecamatan Tembalang, di dua lokasi yang berbeda dengan cara gantung diri.
Sekitar pukul 05.30, korban pertama bernama Tugiman (77), warga Jalan Elangsari Barat I RT 01 /RW 05 Magunharjo ditemukan tewas dalam posisi leher terjerat seutas tali kabel telepon di teras rumah. Sedangkan korban kedua, Karyadi (27), warga Ngemplak RT 09 /RW 12 Tandang. Ia ditemukan tewas gantung diri di tempat kerjanya di Jalan Sompok Baru nomor 93 RT 01 /RW 05 Kelurahan Lamper Kidul Semarang Selatan, sekitar pukul 08.00.
Jasad Tugiman ditemukan pertama kali oleh istri korban, Rustiyati (57). Ia terbelalak melihat suaminya telah kaku tak bernafas. Tali kabel telepon warna hitam telah mengakhiri nyawa suaminya. Teriakan histeris pun tak mampu mengembalikan suaminya seperti semula. Hingga akhirnya ia dibantu anak menantunya, Aris Tri Supriyono (38). ''Malamnya saya masih bersama tapi kenapa tiba-tiba jadi begini,'' gumam Rustiyati.
Tak lama setelah mendapatkan laporan, petugas kepolisian dari Polsek Tembalang tiba di lokasi kejadian. Dibantu seorang dokter Puskesmas Kedungmundu, petugas melakukan proses identifikasi. Petugas identifikasi menyebutkan korban meninggal karena murni gantung diri. Tidak ditemukan luka akibat penganiayaan. Barang bukti berupa kabel telepon sepanjang 160 cm diamankan. Kondisi mulut terbuka dan lidah menjulur. Cairan sperma di bagian celana juga ditemukan. Diduga korban bunuh diri karena mengalami depresi akibat sakit menahun.
Sementara korban kedua bernama Karyadi ditemukan pertama oleh Kusno (31), kakak korban. Diduga korban telah merencanakan niat bunuh dirinya saat hendak melakukan jaga malam di tempat kerjanya pada Jumat (28/10) sore. Saksi masih sempat bertemu seusai membangun sebuah rumah. “Namun Sabtu (29/10) sekitar pukul 08.00, saya dan Suradi (teman kerja) datang ke lokasi kerja dan mendapati korban sudah menggantung,'' kata Kusno.
Kapolsek Semarang Selatan, Kompol Sigit BH melalui Kanit Reskrim AKP Hengky yang datang ke lokasi di Jalan Sompok Baru mengatakan, korban meninggal murni gantung diri. Visum terhadap korban juga tidak dilakukan karena keluarga sudah menerima. ''Pihak keluarga tidak berkenan dilakukan visum, karena indikasinya jelas bunuh diri,'' ujar Hengky.
Tak hanya itu. Sebelumnya, gantung diri juga dilakukan olek seorang kakek, Sumargono (60), di Jalan Watuwila Perumahan Permata Puri Blok-G VI nomor 3, Ngaliyan, Jumat (28/10). Diduga mengalami sakit bertahun-tahun dan frustasi karena kurang mendapat perhatian keluarganya, kakek tersebut memilih menjeratkan leher dengan tali plastik yang digantungkan pada blandar cor di rumahnya.
Diketahui pertama oleh mahasiswi yang ngekos di rumah korban, Nila Hiuwa (20). Sekitar pukul 11.45, saksi melihatnya setelah pulang dari kuliah. Berniat hendak naik ke lantai dua, Nila terhenyak melihat kakek tewas tergantung. Nila pun terperanjat lari dan berteriak minta tolong.
Berdasarkan keterangan para saksi, korban baru tinggal di rumah tersebut baru tiga hari. Korban tinggal bersama tiga mahasiswi yang ngekos, Sakinah, Nila dan Risda. Sebelumnya, korban tinggal di rumah anaknya yang berjarak 100 meter dari tempat kejadian. Diduga korban merasa sakit hati kepada kelurga lantaran dipindah dari rumah semula. Senin (25/10) malam lalu, seorang mahasiswa Universitas Muhamadiyah yogyakarta, Milton Hadi Winata (24), juga ditemukan tewas di sebuah tempat kos di Jalan Timoho Barat Dalam I No 27 RT 01/RW 03 Bulusan Tembalang. Mahasiswa asal Jambi ini diduga bunuh diri karena tidak kuat menahan tekanan atas persoalan asmaranya. (abm)