Para pekerja yang kesehariannya “sibuk” sebagai surveyor, debt collector di sejumlah leasing ternama seperti Wahana Otomulti Artha (Wom), Adira Dinamika Multi Finance (Adira), Bussan Auto Finance (Baf) ini mencoba membuat gebrakan baru dengan hobby-nya dalam seni peran.
Di bawah besutan sutradara Ahmad Zaki “Paijan” Yamani ini, para seniman asal Kudus ini membawa lakon “Obrok owok-owok, Ebrek Ewek-ewek” karya Danarto. Naskah drama tragedi komedi ini berhasil menertawakan realitas saat ini dengan ringan dan segar. Ratusan penonton yang rata-rata mahasiswa dan aktivis teater di Kota Semarang ini dibuat terpingkal-pingkal di setiap adegan pementasan.
Salah seorang penonton Millati Aulia Lazuardy mengaku senang menonton pementasan kali ini. “Pentasnya sangat menghibur, lucu dan naskahnya bagus. Banyak memotret realitas “bodoh” di kehidupan kita saat ini. Dalam pementasan ini justru ditertawakan sama-sama,” ujar mahasiswi Fakultas Tarbiyah ini.
Terlebih salut, lanjut Aulia, pementasan ini didukung oleh gabungan para pekerja leasing dan sejumlah aktivis mahasiswa. “Saya sampai heran kapan mereka latihan, sementara dalam kesehariannya mereka sibuk bekerja. Lha ini kok sempat-sempatnya pentas teater. Jadi, pementasan kali ini menurut saya istimewa,” katanya.
![]() |
Zaki "Paijan" Yamani |
Kelompok Segitiga Teater (Keset) Kudus ini berdiri sejak 2009 silam ini mencoba eksis menghidupkan iklim perteateran di Jawa Tengah, terutama di Kudus. Para perintis Zaki Yamani, Nur Hadi dan M Zaini, terus mengekplorasi ide-ide kreatif melalui ngopi bareng bersama rekan-rekan pekerja lainnya. Tepatnya di Base Camp “Keset” Desa Rendeng No 1 RT 04/RW 06, Kelurahan Rendeng, Kecamatan Kudus Kota, Kudus, mereka bertekat “gepeng ilir” berkesenian.
Menurut Paijan, pementasan kali ini menyisipkan pesona batik Kudus yang hampir punah. Dengan mengambil konsep realis, mereka menampilkan setting Pasar Kliwon serta setting suasana rumah seperti kamar tidur, kursi dal lain-lain. “Naskah yang dibuat pada tahun 1973 ini sudah kami adaptasi berdasarkan kondisi lingkungan saat ini,” ujar pria Mantan Lurah Teater Beta serta aktor Teater Lingkar ini.

Secara singkat, Obrok Owok-owok Ebrek Ewek-ewek menceritakan realitas kehidupan seorang mahasiswa seni rupa bernama Tomi. Ia kemudian menjalin hubungan dengan Sumirah, seorang juragan batik. Akan tetapi, ternyata Tomi juga terlibat kisah asmara dengan mahasiswi kedokteran Kusningtyas, putri seorang Profesor, pengampunya. Itulah kelicikan Tomi yang menggalang keuntungan atas percintaan dan bisnis. Kendati demikian, tak ada bangkai yang tak tercium baunya. Bermula dari situlah, kemudian konflik dalam pementasan ini memanas hingga puncak. (Mughis/LSP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar