Blogger Widgets

Fakta Aspartam bagi Penderita Diabetes

Diposting Unknown jam 12.32
Oleh: Desy Ayu dan Annisa Kharunia
(Departemen ilmu dan Teknologi Pangan, IPB)

Diabetes, baik yang tipe satu maupun dua, semuanya berujung pada tidak dihasilkannya Insulin sebagai hormon yang akan merubah gula darah menjadi glikogen, sehingga para penderita diabetes tidak dapat mengontrol gula darahnya dengan baik secara otomatis. Oleh karena itu para penderita diabetes selalu disarank

an untuk memakan makanan yang tidak akan meningkatkan gula darahnya dengan seketika, seperti misalnya makanan berkarbohidrat tinggi atau makanan manis yang tinggi akan gula(sukrosa).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Konsultan diabetik dan metabolik endokrin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Sidartawan Soegondo, disebutkan pada 2000 jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia akan berjumlah 21,3 juta. Data tersebut menunjukan, Indonesia merupakan negara ke-4 terbesar penderita dibetes setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7 persen di perkotaan dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes.

Dari data-data tersebut terlihat bahwa penderita diabetes di Indonesia sudah cukup tinggi. Tentunya untuk menghindari makanan yang manis-manis merupakan hal yang sangat sulit, kita terbiasa minum dan makan yang manis-manis, contohnya, sudah seperti menjadi kebiasaan bahwa setelah makan kita akan meminum es teh manis, minum kopi dengan gula, yoghurt dengan gula, susu dengan gula dan beragam kebiasaan konsumsi gula lainnya. Oleh karena itu, agar tetap dapat mengkonsumsi makanan manis, dewasa ini banyak diciptakanlah pemanis buatan. Pemanis buatan adalah suatu bahan tambahan pangan yang mampu memberikan rasa manis pada pangan dan tidak atau hanya sedikit memiliki nilai kalori. Contohnya yang paling populer dan menuai kontroversi.

Adalah pemanis buatan jenis aspartam. Aspartam dengan rumus kimia (L-aspartyl-L-phenylalanine methylester) memiliki tingkat kemanisan 160-200 kali dibandingkan tingkat kemanisan sukrosa atau gula pasir biasa. Artinya, jika kita menambahkan gula pasir sebanyak 2 sendok makan (40gr) agar minuman kita terasa manis, maka hanya dibutuhkan 40/160 yaitu 0,25 gr aspartam agar minuman kita terasa semanis gula pasir biasa tanpa kalori yang tinggi dan tanpa meningkatkan gula dalam darah. Aspartam sendiri ketika dicerna akan terpecah menjadi tiga komponen yaitu asam aspartat, fenilalanin, dan sejumlah kecil metanol yang kemudian akan diserap ke dalam darah dan digunakan untuk pembentukan energi tubuh. Selama penyerapan ini, aspartam tidak akan terakumulasi di dalam tubuh, karena begitu terserap aspartam ini akan langsung dirombak menjadi komponen-komponen kecil yang langsung digunakan oleh tubuh.

Penelitian yg dilakukan di Itamy City Hospital, Jepang, membuktikan bahwa aspartam memang tidak akan meningkatkan gula darah pada para pasien yang mengidap diabetes melitus. Mengenai keamanan penggunaannnya sendiri, lebih dari 90 negara telah mengizinkan konsumsi aspartam sebagai pemanis buatan. Tentunya, pengizinan ini telah melewati serangkaian penelitian yang menunjukan bahwa memang aspartam aman di konsumsi. semua jenis bahan pangan atau makanan, baik dikonsumsi asalkan tidak berlebih-lebihan, apapun makanannya sesuatu yg berlebihan tidak baik untuk tubuh. Khususnya untuk bahan tambahan makanan seperti aspartam memiliki aturan khusus dalam konsumsinya yang diatur dengan angka ADI atau (Acceptable Daily Intake). Angka ADI merupakan suatu nilai dari bahan pangan yang dapat diserap oleh usus tanpa menimbulkan efek apapun jika dicerna setiap hari.

Untuk Aspartam sendiri sesuai dengan CODEX (lembaga pengatur obat dan makanan di Amerika), adalah 50 mg/kg berat badan. Artinya jika berat badan anda 50 kg maka anda diijinkan maksimal untuk mengkonsumsi sebanyak 2500 mg atau 25 gr aspartam dalam sehari, yang mana jumlah ini sangat banyak dan tidak mungkin pada konsumsi yang normal seseorang mengkonsumsi lebih dari 25 gr aspartam dalam sehari, karena 0,25gr aspartam saja sudah terasa manis.

Meskipun telah dinyatakan aman oleh BPOM maupun FDA, dan puluhan lembaga kesehatan dunia lainnya, namun saat ini banyak sekali berita-berita buruk tentang bahaya aspartam yang tersebar melalui BBM, SMS, e-mail maupun internet itu sendiri. Isue yang berkembang di masyarakat datang dari pihak-pihak tanpa latar belakang yang memadai dengan sumber-sumber yang tidak dapat di percaya.

Beberapa isue yang berkembang diantaranya adalah aspartam dapat menyebabkan tumor otak dan kanker. Faktanya menurut FDA (Lembaga kesehatan Amerika) dan National Cancer Institut (Amerika) bahwa sebelum FDA mengesahkan Aspartam aman dikonsumsi pada tahun 1981, telah dilakukan penelitian pemberian aspartam dengan dosis yang setara dengan 1000 kali aspartam dalam minuman ringan yang dapat dikonsumsi manusia seumur hidup, pada tikus.

Tidak ditemukan adanya kanker atau tumor otak pada tikus percobaan tersebut. Selain itu dalam beberapa hoax, aspartam juga dihubungkan sebagai penyeban penyakit Lupus, Parkinson's dan Alzheimer's, namun hal ini dibantah oleh The Natinal Parkinson Foundation “ Penyebab dari Penyakit Parkinson belum diketahui, dan penyakit ini telah ada bahkan sebelum aspartam ditemukan, tidak ada bukti bahwa aspartam mem block penyerapan dari levodopa (Levodopa adalah obat yang digunakan menangani penyakit Parkinsons) “ kemudian The Alzheimers.

Association juga menyimpulkan bahwa “tidak ada bukti ilmiah yang menunjukan hubungan antara aspartam dan kehilangan memori”, diperkuat lagi oleh Lupus foundation of America “ tidak ada bukti dari aspartam memperburuk SLE (Systemic Lupus Erythematosus”.

Sampai saat ini, meskipun banyak sekali berita-berita yang buruk tentang penggunaan aspartam terhadap kesehatan, namun pada kenyataannya belum ada bukti ilmiah yang mendukung hal ini dan EFSA (lembaga kemananan makanan Eropa) mapun FDA, juga BPOM belum merubah peraturan tentang penggunaan aspartam yang artinya aspartam aman dikonsumsi, terlebih bagi para penderita diabetes yang tetap menginginkan makanan manis. Dengan kalori yang rendah, tanpa efek meningkatkan gula darah, dan rasa yang lebih baik dari pemanis buatan lain, aspartam pilihan pemanis buatan yang baik bagi penderita diabetes. (gis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Korupsi


Siapa lagi? »

Peristiwa


Arsip Peristiwa »

Berita


Arsip Berita »

Modus


Arsip Modus »

Jeng-jeng


Arsip Jeng-jeng »

Kasus


Arsip Kasus »

Horor Kota


Arsip Horor Kota »

Kriminal


Arsip Kriminal »

Tradisi Budaya


Selanjutnya »

Politik Itu Kejam


Simak Selanjutnya? »

Komunitas Pembaca


*) Tulis peristiwa di sekitar Anda, kirimkan ke email redaksi kami: singautara79@gmail.com

Citizen Journalism


Siapa lagi yang nulis? »

Wong Kene


Arsip Wong Kene »