Blogger Widgets

Bayi Hugel Dibuang di Banjir Kanal

Diposting Unknown jam 03.16
SOSOk orok bayi malang dalam kondisi berlumuran lumpur ditemukan tak bernyawa di bantaran sungai Banjir Kanal Barat Jalan Madukoro Raya, kemarin pagi. Diduga bayi tersebut merupakan bayi hasil hubungan gelap (Hugel). Setelah dibuang oleh orang tuanya yang tak bertanggungjawab, jasadnya terhanyut ke sungai tersebut.
Jasad bayi mungil berjenis kelamin perempuan ini ditemukan kali pertama oleh Susilo (40), salah seorang pekerja normalisasi Banjir Kanal Barat, pada pukul 08.00. "Diduga orok bayi ini hanyut terbawa arus. Saya menemukan bayi sudah dalam kondisi tak bernyawa, posisinya tergeletak di talud kali," ujar sopir Beghu itu.

Dikatakannya, semula dirinya dikabari oleh warga sekitar yang melihat ada benda mencurigakan. Dia mengaku terhenyak sesaat setelah dicek ternyata benda mencurigakan tersebut adalah orok bayi mati. "Sekujur tubuhnya berlumuran lumpur," kata Susilo.

Dia pun melaporkan ke teman-temannya hingga tak lama kemudian warga sekitar berhamburan ke lokasi ditemukan. "Diperkirakan berumur antara 6-7 bulan dalam kandungan. Diduga dibuang jauh dari lokasi ditemukan. Kemungkinan dia terhanyut dan tersangkut di sini," tambahnya.

Mendapat laporan itu, tim dari kepolisian Polsek Semarang Barat mendatangi lokasi kejadian, kemudian melakukan identifikasi dan mengevakuasi. Polisi juga memintai keterangan sejumlah saksi. Sementara jasad bayi dibawa ke RSUP Dr Kariadi untuk dilakukan autopsi guna melacak siapa orang tua bayi yang tak bertanggungjawab itu. (abm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Korupsi


Siapa lagi? »

Peristiwa


Arsip Peristiwa »

Berita


Arsip Berita »

Modus


Arsip Modus »

Jeng-jeng


Arsip Jeng-jeng »

Kasus


Arsip Kasus »

Horor Kota


Arsip Horor Kota »

Kriminal


Arsip Kriminal »

Tradisi Budaya


Selanjutnya »

Politik Itu Kejam


Simak Selanjutnya? »

Komunitas Pembaca


*) Tulis peristiwa di sekitar Anda, kirimkan ke email redaksi kami: singautara79@gmail.com

Citizen Journalism


Siapa lagi yang nulis? »

Wong Kene


Arsip Wong Kene »